Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Pegangan

23 April 2023   07:39 Diperbarui: 23 April 2023   07:48 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepalaku berdenyut sakit, sesak memenuhi rongga dada. Wanita pendamping hidupku itu mengernyitkan kening. Memandang heran ke arahku.

"Mas, aneh. Malam tadi pulang tanpa bersuara dan langsung tidur," terang istriku sembari berlalu ke luar kamar. Mungkin dia akan menyiapkan sarapan.

Aku kembali mengingat kejadian semalam. Apakah aku bermimpi? Tidak! Aku ingat bagaimana kocar-kacir dan tersesat. Rumah tua, empunya, dan cincin? Aku memeriksa jemari dan ada cincin tersemat. Artinya, peristiwa semalam benar-benar aku alami. Bagaimana nasib mereka? Benakku masih dipenuhi tanda tanya.

Malam berikutnya aku mengalami mimpi didatangi hewan ular hitam besar bermata merah. Ia memerintahkan agar aku melakukan ritual. Setiap purnama pertama awal tahun Hijriah mencuci cincin pemberian itu dengan darah kucing hitam, air perasan jeruk nipis, dan irisan daun pandan. Pada awalnya aku ragu, lalu aku menceritakan pengalaman aneh dan mimpi itu  pada istriku. Ia mendesak aku mencobanya. Akhirnya, seiring hal itu perubahan terjadi dalam hidupku. Tiba-tiba banyak orang yang sungkan dan hormat. Setiap perkataanku seakan titah raja yang harus dilaksanakan.  Bahkan Juragan Tarno dengan antusias bersedia menjadikanku relasi bisnisnya dengan memberikan modal dan mengangap utangku lunas.  Kini, aku bukan lagi seorang yang miskin. Usahaku mulai menapaki kesuksesan. Selalu lancar serta meraih keuntungan yang besar. Hal ini tentunya berkah dari 'pegangan' yang kuperoleh tanpa sengaja.

Sampai kejadian tragis itu terjadi. Saat perjalanan bisnis ke luar kota. Entah mugkin terlalu sibuk, sehingga aku lalai melakukan kewajiban. Malam itu hampir menuju subuh. Tubuhku melayang memasuki alam dimensi yang gelap. Seekor ular hitam besar  bermata merah mengamuk mengigit seluruh tubuhku dengan ganas. Baju yang kukenakan sudah tak berbentuk. Aku merasakan perih yang tak terperi dan makin lemas tak berdaya. Luka kecil-kecil bekas  gigitan mengeluarkan darah yang terus merembes. Seiring dari dalam perut terasa bergejolak seakan-akan mendesak keluar. Banyak cacing dan anak ular bergerak-gerak keluar dari muntahan. Aku terpejam seolah-olah merasakan nyawa terlepas dari badan hingga tersentak.

***

Mataku mengerjap beberapa kali memindai di mana keberadaanku. Kamar dengan suhu dingin. Istriku berada di samping brankar. Wajah sembap itu tersenyum bahagia.

"Mas, sudah sadar. Mas pingsan mengalami kurang darah parah, beberapa kantong darah sudah ditransfusi tadi," jelas istriku.

Aku masih merasakan lemah tak berdaya. Seharusnya hanya bisa bersyukur masih hidup. Atas akibat tidak melakukan ritual rutin. Aku pun teringat bagaimana nasib masa tuaku nanti, jika tiada yang menyambut 'pendampingku' ini. Bisa dipastikan aku akan mengalami penderitaan seperti kakek waktu itu yang begitu tersiksa dan sulit menghadapi sakaratul maut. Ditambah lagi aku pun hingga saat ini tak memiliki ahli waris.  

~

Bionarasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun