Seingatku tidak ada melakukan kesalahan baik di bidang pekerjaan maupun kedisiplinan kerja. Datangku selalu tepat waktu. Selama  tiga bulan baru bekerja di sini tidak ada membuat masalah.
   "Saya peringatkan! Jika kamu masih ingin bekerja di sini kamu harus bisa menjaga sikap, mengerti!" ucapan penuh penekanan itu terceplos dari bibir pinknya.
   "Maksudnya, Bu? Saya merasa tidak ada melakukan kesalahan." tanyaku dengan memasang wajah binggung.
   Karena memang aku tak mengerti kemana arah pembicaraan wanita anggun dan kharismatik ini.
   "Baiklah! Jika kamu belum juga paham, akan saya paparkan kesalahan kamu. Kamu telah mengatakan hal yang negatif tentang saya dan itu sampai ke telinga saya, coba kamu ingat!"
   Aku terdiam dan mengenang kembali, apa ini berkaitan dengan obrolan dua hari yang lewat disaat kami lagi makan siang. Terbayang bagaimana  hebohnya pembicaraan kala itu.
   "Apa yang Ibu maksud obrolan makan siang kami yang dua hari yang lalukah?" tanyaku meyakinkan lagi.
   "Kira-kira begitulah. Dan bisa saja konsekuensinya kamu akan saya pecat. Mau?" ucapnya dengan gaya mengintimidasi.
   Sejenak  aku tercenung, pikiranku melayang ke ingatan pada empat wajah teman yang bersamaku saat itu. Dalam hati bertanya-tanya siapakah gerangan yang jadi pengadu . Apa si Sela teman dekatku yang selalu bersama pulang pergi kerja boncengan sepeda motor.  Si Mila yang cerewet namun baik hati. Si Ardi yang lebay melambai yang suka ngegosip.  Atau si Susan Ndut yang super heboh. Belum ketebak siapa, timbul rasa ingin tahu, dan mencoba untuk menanyakan langsung pada Bu Susi.
   "Baiklah Bu, boleh saya melakukan pembelaan, mana berani saya mengatai Ibu, fitnah itu Bu. Kalau boleh saya tau siapa yang memberitahu hal itu kepada Ibu?"
   "Kamu tidak perlu tahu siapa yang melapor ke saya," pungkasnya cepat.