"Ada apa ya?"
   "Ngak tau tuh ... buruan dah, ke sana gih." Jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya.
   "Oh, oke deh." Ucapku sambil tersenyum manis memamerkan susunan gigi putihku, sambil berlalu.
   Aku mengetuk pintu, terdengar sahutan dari dalam.
   "Masuk!"
   Pintu bergeser, terlihat wanita yang menginjak usia hampir menuju empat puluhan itu, duduk di kursi putarnya sambil memainkan pena yang diketukkan ke meja.
   Senyumanku merekah, serta menundukkan sedikit badan berjalan menuju kursi yang berada di depan mejanya. Senyumku tak terbalas justru pandangan sinis serta mukanya keruh. Membuat hatiku tak nyaman, biasanya beliau pribadi yang ramah dan hangat. Namun kali ini berbeda yang menimbulkan tanya di benakku.
   "Duduk!" tawarnya dengan singkat. Setelah posisi kami dekat.
   Dengan berlahan aku mengambil posisi menghentakkan bokong pada kursi empuk tersebut. Mataku masih sungkan untuk beradu tatap pada mata yang seakan terpijar kebencian. Tapi justru pena yang diketuk-ketuk itulah pandanganku tertuju. Dan tiba-tiba berhenti seiring dengan ucapannya.
   "Kamu tahu kenapa dipanggil?" tanyanya sambil mencondongkan tubuhnya ke depan serta memandangiku dengan lekat.
   "Tidak tahu, Bu" jawabku sambil menggeleng kepala serta menantang matanya dengan pandangan sayu. Mana berani diri ini membalas dengan tatapan garang juga.