"Ya, Bu," jawabnya pelan dengan masih menunduk. Aku tahu di hatinya pasti terkejut dan gamang.
"Bu-" Ia berkata dengan wajah ragu antara terus melanjutkan atau mengantung ucapan. Aku menunggu dengan memegang bahunya pelan.
"Kenapa mereka bercerai?" tanyanya dengan  mata yang sudah berkaca-kaca.
Aku menunduk sebentar. Jika ditanya mengapa atau alasan mereka berpisah aku tentunya tidak tahu detailnya.
"Mungkin, prinsip yang sudah berbeda?" jawabku menebak.
"Prinsip? Prinsip itu apa?" Wajah lugu nan polos itu menaikkan alis tak mengerti.
Belum sempat aku menjawab dan masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab. Ryan kembali berkata,
"Bagaimana jika Ryan kangen Mama atau Papa?"
Aku tersenyum samar. Â Perasaan sama yang pernah aku alami. Sakitnya menyiksa, tetapi mereka tak peduli. Akhirnya terbiasa dan berdamai dengan takdir.
"Jika harus memilih, Ryan mau ikut siapa, Mama atau papa Ryan?" Aku justru balik bertanya ingin tahu lebih condong kemana hatinya.
"Ryan tak tahu, Bu. Ryan sayang keduanya dan ingin seperti dulu lagi."