Lama-kelamaan pandanganku berkunang-kunang sebelum akhirnya menggelap dengan sempurna.
* * *
Kini aku terbangun dalam keadaan mengenakan pakaian pasien rumah sakit. Mungkinkah Kak Reza yang membawaku ke sini? Lalu di mana dia?
Panjang umur.Â
Pintu ruangan terbuka menampakkan sosok yang aku cari. Dia tersenyum membawa parsel yang sepertinya baru ia beli dari luar. Cowok itu berjalan menghampiriku dan duduk di kursi sebelah brankar di mana aku berbaring sekarang. Ia tersenyum lagi. Terlihat sangat tampan. Dia juga sangat baik hingga mau menungguku di sini. Kok ada ya, kakak kelas yang mau berteman denganku?
Aku hendak mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, tanpa dia, mungkin aku sudah kehilangan nyawa. Tapi tunggu. Apa Kak Reza sudah tahu penyakitku? Bisa saja ia bertanya kepada dokter....
Canggung terasa.
"Nan, kamu sakit apa, sih?" tanya Kak Reza membuatku lega.
Pikirku, ternyata dia belum mengetahuinya. Aku pun mengangkat kedua ujung bibir pucatku guna menerbitkan senyum.
"Cuma kecapean kok, Kak."
Bohong! Kenapa kamu semulia ini, Nanda? Ini yang membuat aku lebih salut sama kamu, Nan.... batin Kak Reza sebenarnya sudah tahu penyakitku.
"Nanda, maaf yah kalau hadirnya aku malah bikin persahabatan kamu dan Fara hancur. Emang nggak pantas kakak kelas macam aku berteman sama kamu."