Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kamu Sering Merasa Tidak Bahagia? Mungkin Ini Penyebabnya!

29 Mei 2022   13:55 Diperbarui: 29 Mei 2022   13:56 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab, ketika seseorang berfokus terhadap hal-hal yang tidak bisa dimiliki, ia akan terus mengejar hal tersebut hingga mendapatkanya. Di samping itu, ia tidak akan pernah merasa puas sehingga terus mengejarnya tanpa kenal waktu. 

Untuk menyikapinya, seseorang perlu bersyukur atas hal-hal kecil yang ia punya. 

Menghargai yang Baru Dibanding yang Sudah Ada 

Membeli atau mempelajari suatu hal baru tentu membuat seseorang merasa lebih bahagia. Apalagi, kalau hal tersebut didapatkan dengan susah payah. 

Akan tetapi, ironisnya, dengan adanya hal baru tersebut, kita justru cenderung menjadi tidak menghargai apa yang sudah ada. Bisa saja, segala kebaruan yang kita miliki malah membawa ketidakbahagiaan. 

"Seolah-olah, hal yang sudah ada atau lama tersebut dimasukkan ke dalam suatu kotak; dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting lagi," ujar Arvan. 

Lebih Memilih yang "Jauh" Dibanding "Dekat" 

Menurut Arvan, kita terkadang lebih menghargai hal yang jauh dibanding dekat. Arvan memberi contoh seperti seorang pemuka agama yang disepelekan karena rumahnya berdekatan oleh warga. 

Kedekatan ini membuat warga merasa sering bertemu dan menganggap kehadiran pemuka agama tersebut tidaklah istimewa. 

Arvan mengungkapkan hal ini terjadi akibat adanya undervalue (penilaian rendah) oleh warga terhadap pemuka agama. 

Padahal, pemuka agama tersebut memiliki segudang prestasi yang dihargai oleh orang-orang di luar warga lokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun