Puisi pilihannya tersebut justru bukanlah yang cenderung bermuatan politik seperti yang banyak dikenal orang. "Aku malah lebih tertarik kadang dengan hal-hal yang itu tidak berat gitu loh, kadar isunya," ungkapnya.
Alih-alih bergulat di politik, ia berterus terang kalau minatnya didominasi oleh hal-hal berbau seni walau tak bisa dimungkiri, keduanya sering kali bersinggungan. Fajar pun menekankan bahwasanya musik yang ia ciptakan tidak dilandasi oleh motif selain bentuk penghormatannya kepada sang bapak.
"Aku hanya sekadar seorang anak yang bagaimana caranya memberi penghormatan pada bapaknya lewat musik yang aku buat, yang di dalamnya ada tulisan-tulisan bapak," tutur Fajar.
Cara berjuang yang berbeda
Pada berbagai kesempatan, banyak orang yang berharap dan mendorong Fajar untuk melanjutkan perjuangan Thukul. Pesan-pesan ini bahkan diterimanya melalui media sosial.
"Aku pikir, ya, kita semua itu pejuang gitu loh. Kita bisa berjuang dengan cara kita masing-masing," ucap Fajar.
Ia berharap, orang-orang tidak meletakkan ekspektasi pada dirinya dan membiarkan ia berjuang dengan cara yang ia pilih.
"Karena mungkin aku akan mengecewakanmu. Lebih baik kita menjalankan peran masing-masing kita sebagai manusia, gitu aja. Dan aku ya cuma bagian dari itu yang tugasnya itu menyelaraskan nada dengan kata," imbuhnya.
Cerita ini dikutip dari episode ke-11 siniar BEGINU season dua yang bertajuk "Fajar Merah, Wiji Thukul dan Cara Berbeda Melawan Rezim". Selengkapnya, Fajar berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho tentang mimpi Fajar dalam bermusik serta jalan berbeda yang ia tempuh untuk berjuang.Â
Dengarkan BEGINU di Spotify dengan cara klik ikon di bawah atau mengunjungi situs berikut ini https://bit.ly/S2E11Beginu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H