Lantas, bagaimana seorang copywriter dapat bercerita menggunakan elemen-elemen merek untuk mencapai sebuah tujuan promosi?
Melalui cerita, seorang copywriter dapat memainkan emosi audiens seperti dengan menghadirkan kejutan, ketakutan, perasaan yang menyentuh, dan lain-lain.Â
Cerita yang dibangun sebaiknya bersifat consumer-centric atau memiliki kaitan erat dan diambil dari sudut yang diinginkan konsumen. Disambunglah kemudian, dengan penawaran solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh konsumen yang tidak lain ialah produk dari sebuah bisnis.Â
Dalam bercerita, perhatikanlah kanal atau media yang digunakan. Media sosial sendiri, memiliki tipe ruang unggahan dengan karakteristik yang berbeda-beda.Â
Misalnya di Instagram, unggahan dapat berupa gambar yang berdiri sendiri, carousel, video singkat, hingga video panjang.
Utamanya, dalam membuat konten di Instagram dibutuhkan sokongan desain grafis yang menarik karena perhatian audiens akan jatuh pada visual terlebih dahulu alih-alih memperhatikan caption.Â
Berbeda dengan Twitter yang mengandalkan tulisan dengan panjang maksimal 280 karakter, caption dapat menarik perhatian terlebih dahulu dibanding gambar yang disertakan.Â
Lain lagi dengan platform berbasis video singkat seperti TikTok, copywriting di video akan lebih mendominasi dibanding keterangan di caption.Â
Untuk menimbang kanal yang tepat serta membangun copywriting sesuai sasaran bagi produk Anda, identifikasikan beberapa hal berikut: kanal apa yang paling banyak digunakan oleh konsumen Anda, apa saja aktivitas yang biasa mereka lakukan di kanal tersebut, serta alasan mengapa mereka mengakses kanal tersebut.Â
Namun, secara umum beberapa teknik di bawah ini dapat digunakan dalam membuat copywriting yang efektif untuk menarik perhatian konsumen:Â
Menggunakan headline yang "memanggil"Â