Ali memutuskan untuk mengunjungi mereka. Ketika ia dan Ahmad tiba di rumah itu, mereka terkejut melihat kondisi yang mengenaskan.
Bangunan reyot dengan atap bocor, serta dua anak kecil yang kelaparan bermain di halaman yang tandus.
Tanpa ragu, Ali dan Ahmad memasuki rumah tersebut. Mereka disambut oleh ibu dari dua anak kecil itu, yang terlihat lelah dan putus asa.
Dengan penuh belas kasihan, Ali menawarkan bantuan kepada mereka.
"Maafkan kami, kami tidak tahu bahwa kalian membutuhkan bantuan," ucap Ali dengan suara lembut.
Ibu tersebut menangis tersedu-sedu,
"Kami telah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan hidup, tapi kami tak mampu lagi. Suami saya telah sakit parah dan tidak bisa bekerja. Anak-anak kami kelaparan setiap hari. Kami tidak tahu lagi harus berbuat apa."
Ali merasa sedih melihat penderitaan mereka. Tanpa berpikir panjang, ia menyerahkan bantuan yang telah mereka bawa. Makanan, pakaian, dan uang tunai diberikan kepada keluarga itu.
"Semoga ini bisa membantu kalian," ucap Ali sambil meneteskan air mata. "Dan semoga Allah memberkahi keluarga kalian."
Ibu tersebut memeluk Ali dengan penuh rasa syukur. Ahmad juga ikut menyampaikan kata-kata semangat dan doa untuk mereka.
Dari situlah, Ali dan Ahmad menyadari bahwa memberi bukan hanya tentang memberikan bantuan materi, tetapi juga tentang memberikan harapan dan cinta kepada sesama.