Mohon tunggu...
Medha Zeli Elsita
Medha Zeli Elsita Mohon Tunggu... Jurnalis - Living on the jetplane

Sedang menikmati perjalanan menjadi penulis paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keluargaku Terpapar Covid-19 - Part 1

28 Mei 2021   14:56 Diperbarui: 28 Mei 2021   15:02 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali lagi cerita tentang nenekku. Malam itu, sebenarnya fasilitas SWAB Antigen sudah tidak dapat dilakukan di RSU Kota Jogja karena di jadwal yang ada hanya tersedia pagi hingga siang hari. Namun, karena aku mendesak mereka dan ada tracking keluarga yang mengalami positif COVID-19 akhirnya nenek diijinkan untuk dilakukan SWAB Antigen. Alhamdulillah.

Malam itu karena kami datang karena tracking keluarga positif COVID-19, aku merasa prosesnya sangat dimudahkan. Jadi, di Kota Yogyakarta jika kita memiliki kontak erat (satu rumah) dengan pasien COVID-19 secara otomatis kita akan dimudahkan dalam mendapatkan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Umum Kota Yogyakarta. Aku masih tidak tahu pasti, apakah RSU Kota Yogyakarta merupakan rumah sakit rujukan COVID-19 atau karena kami mengikuti alur dengan baik sebagai keluarga terdekat penderita.

Nenekku mendapatkan pemeriksaan di RS Kota Jogja/dokpri
Nenekku mendapatkan pemeriksaan di RS Kota Jogja/dokpri
Malam itu diinformasikan untuk tes yang akan dilalui nenek adalah SWAB Antigen, cek darah, dan rontgen sebagai prasyarat untuk mendapatkan fasilitas GRATIS dari rumah sakit berdasarkan arahan dari Kementerian Kesehatan. Setelah melalui pemeriksaan yang panjang alhamdulillah hasilnya : negatif. Tapi...

Ada bercak di paru-paru nenek yang membuat nenek harus memiliki pilihan untuk isolasi mandiri di rumah atau opname di rumah sakit. Kemudia di saat yang sama, aku pun memberitahukan kepada beliau bahwa keponakan dan mamanya opname di rumah sakit.

Benar, setelah diinfokan seperti itu bukannya baik-baik saja. Tapi, mungkin hatinya hancur. Pikirannya kacau. Namun, hal ini sudah kupersiapkan sebelumnya sehingga aku masih bisa tetap tenang dan memastikan beliau bahwa semua akan baik-baik saja.

"Mba... ini hasil pemeriksaan COVID-19 dari Ibu negatif, tapi dari hasil rontgent ada bercak di paru-parunya. Hal ini artinya nenek mendapatkan hasil : suspect Covid-19. Nah dari hasil pemeriksaan ini mengingat nenek sudah 'yuswo' kami sarankan untuk dirawat inap di rumah sakit,"

Waduh. Aku langsung berpikir begitu. Bukan waduh karena perihal biaya atau semacamnya, tapi jika hal ini diinformasikan nenek pasti 'lagi-lagi' berpikir jauh... jauuuh. Aku harus tetap tenang, pikirku.

Kemudian aku menawarkan apakah ada opsi isolasi mandiri di rumah, ternyata dokter memperbolehkan dan memintaku untuk menyampaikan pelan-pelan kepada nenek. Dokter pun mengatakan jika memang harus dirawat inap, nanti bisa satu kamar dengan cucu menantu dan buyutnya di satu kamar yang sama.

dokpri
dokpri
Aku cukup lega mendengarnya. Setidaknya, jika akhirnya nenek bersedia untuk dirawat inap, beliau tidak akan dibiarkan di kamar sendirian karena agak berbahaya terkait pikiran-pikiran di dalam kepalanya. Akhirnya hal ini kusampaikan dan nenek memilih untuk tetap tinggal di rumah dalam melakukan isolasi mandiri.

Aku sangat lega meski hari ini menjadi hari yang berat untuk kami menyadari, bahwa ada bagian dari keluarga kami yang terpapar COVID-19. Namun, aku salah... ternyata hari ini tidak seburuk yang aku kira. Hari kedua jauh lebih buruk situasinya.

Ikuti "Keluargaku Terpapar Covid-19 - Part 2" yah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun