Kembali lagi cerita tentang nenekku. Malam itu, sebenarnya fasilitas SWAB Antigen sudah tidak dapat dilakukan di RSU Kota Jogja karena di jadwal yang ada hanya tersedia pagi hingga siang hari. Namun, karena aku mendesak mereka dan ada tracking keluarga yang mengalami positif COVID-19 akhirnya nenek diijinkan untuk dilakukan SWAB Antigen. Alhamdulillah.
Malam itu karena kami datang karena tracking keluarga positif COVID-19, aku merasa prosesnya sangat dimudahkan. Jadi, di Kota Yogyakarta jika kita memiliki kontak erat (satu rumah) dengan pasien COVID-19 secara otomatis kita akan dimudahkan dalam mendapatkan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Umum Kota Yogyakarta. Aku masih tidak tahu pasti, apakah RSU Kota Yogyakarta merupakan rumah sakit rujukan COVID-19 atau karena kami mengikuti alur dengan baik sebagai keluarga terdekat penderita.
Ada bercak di paru-paru nenek yang membuat nenek harus memiliki pilihan untuk isolasi mandiri di rumah atau opname di rumah sakit. Kemudia di saat yang sama, aku pun memberitahukan kepada beliau bahwa keponakan dan mamanya opname di rumah sakit.
Benar, setelah diinfokan seperti itu bukannya baik-baik saja. Tapi, mungkin hatinya hancur. Pikirannya kacau. Namun, hal ini sudah kupersiapkan sebelumnya sehingga aku masih bisa tetap tenang dan memastikan beliau bahwa semua akan baik-baik saja.
"Mba... ini hasil pemeriksaan COVID-19 dari Ibu negatif, tapi dari hasil rontgent ada bercak di paru-parunya. Hal ini artinya nenek mendapatkan hasil : suspect Covid-19. Nah dari hasil pemeriksaan ini mengingat nenek sudah 'yuswo' kami sarankan untuk dirawat inap di rumah sakit,"
Waduh. Aku langsung berpikir begitu. Bukan waduh karena perihal biaya atau semacamnya, tapi jika hal ini diinformasikan nenek pasti 'lagi-lagi' berpikir jauh... jauuuh. Aku harus tetap tenang, pikirku.
Kemudian aku menawarkan apakah ada opsi isolasi mandiri di rumah, ternyata dokter memperbolehkan dan memintaku untuk menyampaikan pelan-pelan kepada nenek. Dokter pun mengatakan jika memang harus dirawat inap, nanti bisa satu kamar dengan cucu menantu dan buyutnya di satu kamar yang sama.
Aku sangat lega meski hari ini menjadi hari yang berat untuk kami menyadari, bahwa ada bagian dari keluarga kami yang terpapar COVID-19. Namun, aku salah... ternyata hari ini tidak seburuk yang aku kira. Hari kedua jauh lebih buruk situasinya.
Ikuti "Keluargaku Terpapar Covid-19 - Part 2" yah!