Mohon tunggu...
Muhammad Djamaluddin
Muhammad Djamaluddin Mohon Tunggu... -

Pelajar filsafat, suka dengan matematika & mesin pembelajran, tidak suka politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketergantungan Internet, Sebuah Realitas Mengkhawatirkan di Era Digital

26 Desember 2018   20:54 Diperbarui: 28 Desember 2018   11:27 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti sudah dipaparkan di atas, adiksi internet saat ini masih topik kontroversial di kalangan peneliti, bahkan belum dimasukkan dalam DSM-V sebagai salah satu bentuk ganguan mental kecanduan. Setelah bertahun-tahun problem ini diangkat dan diteliti, para peneliti masih belum memiliki kesepakatan definisi dan gejala gangguan kecanduan internet (IAD). Sebagian besar kritik pada teori IAD ini berupa kritik mengenai penelitian awal yang didasarkan pada jenis metodologi penelitian berupa survei eksplorasi tanpa hipotesis awal yang jelas, definisi istilah yang belum disepakati, atau konseptualisasi teoritis yang masih diperdebatkan. Datang dari pendekatan atheoretical memiliki beberapa manfaat, tetapi juga biasanya tidak diakui sebagai cara yang kuat untuk mendekati gangguan baru. Penelitian yang lebih baru telah memperluas survei asli dan banyak digunakan di berbagai survei kecanduan internet. 

Seorang pengkritik utama teori IAD adalah dr John M Grohol, Psy.D. Beberapa poin yang disampaikan oleh dr Grohol adalah meskipun survei dapat membantu menetapkan deskripsi tentang bagaimana orang merasa tentang diri mereka dan perilaku mereka, mereka tidak dapat menarik kesimpulan tentang apakah teknologi tertentu, seperti Internet, sebenarnya telah menyebabkan perilaku tersebut. Kesimpulan yang ditarik murni spekulatif dan subjektif yang dibuat oleh para peneliti itu sendiri. Para peneliti memiliki nama untuk kesalahan logis ini, mengabaikan penyebab umum, artinya sebenarnya problem utamanya bukan kecanduan pada salah satu teknologi seperti internet tetapi problem yang lebih umum misalnya kecanduan narkoba, kecanduan judi yang kemudian dimanifestasikan ke dalam bentuk platform atau medium yang lain yaitu internet.

Dr Grohol juga menyoroti apakah orang memiliki masalah kecanduan dengan menghabiskan terlalu banyak waktu online? Padahal beberapa orang juga menghabiskan terlalu banyak waktu membaca, menonton televisi, dan bekerja, dan mengabaikan keluarga, persahabatan, dan kegiatan sosial. Tetapi apakah kita memiliki gangguan kecanduan TV, kecanduan buku, dan kecanduan kerja yang disarankan sebagai gangguan mental yang sah dalam kategori yang sama seperti skizofrenia dan depresi? Tentu tidak. Beliau melihat kecenderungan dari beberapa profesional kesehatan mental dan peneliti untuk ingin memberi label semua yang mereka lihat sebagai berpotensi berbahaya dengan kategori diagnostik baru. Sayangnya, ini menyebabkan lebih banyak bahaya daripada membantu orang.

Selain itu waktu sendiri tidak bisa menjadi indikator kecanduan atau terlibat dalam perilaku kompulsif. Waktu harus diambil dalam konteks dengan faktor-faktor lain, seperti apakah Anda seorang mahasiswa (yang, secara keseluruhan, secara proporsional menghabiskan lebih banyak waktu online), apakah itu bagian dari pekerjaan Anda, apakah Anda memiliki pra-kondisi yang ada (seperti gangguan mental lainnya; seseorang dengan depresi lebih cenderung menghabiskan lebih banyak waktu online daripada seseorang yang tidak, misalnya, sering di lingkungan kelompok pendukung virtual.

 Kritik lain adalah tidak adanya pertanyaan pada IAT yang bicara tentang riwayat gangguan mental para responden untuk mengetahui latar belakang. Pertanyaan tentang riwayat gangguan mental yang sudah ada sebelumnya (mis., Depresi, kecemasan), masalah kesehatan atau kecacatan, atau masalah hubungan penting untuk menjawab tudingan bahwa sebenarnya internet yang menyebabkan adiksi tapi danya gangguan mental inilah yang menjadi penyebab utama sehingga pengguna berlama-lama di internet.

 Kritik-kritik yang dilancarkan oleg para skeptis IAD ini dari mulai awal pengenalan gejala gangguan internet oleh Dr Young di akhir tahun 1990an sampai saat ini, tentunya tidak menyurutkan sama sekali penelitian IAD di Amerika bahkan menjalar ke banyak negara termasuk negara berkembang dan negara ekonomi besar baru seperti indonesia. Penelitian IAD menjadi sangat penting dan sudah pada saatnya di Indonesia selain karena internet telah mulai masuk ke dalam setiap sektor kehidupan masyarakat, teknologi internet Indonesia masih dalam tahap berkembang sehingga ada jalan untuk memperbaiki melalui strategi pendidikan, regulasi dan kebijakan yang tepat oleh semua pihak.

Penelitian IAD juga sangat relevan bagi Indonesia karena mayoritas penelitian yang ada menunjukkan kecendrungan pengguna usia remaja lebih rentan mengalami IAD dibanding orang dewasa. Sementara perkiraan statistik demografi Indonesia di mulai 2020 sampai 10-15 tahun kedepannya menunjukkan adanya surplus demografi di usia produktif yang mayoritas akan diisi para anak muda. Jika anak muda dan kaum usia produktif ini ternyata mayoritasnya terpapar oleh permasalahan internet adiksi yang kontra produktif dan berdampak negatif pada kehidupan pribadi, sosial dan professional mereka, maka bonus demografi kaum usia muda Indonesia malah menjadi beban nasional bukan keuntungan yang mendorong kemajuan Indonesia di 100 tahun Indonesia merdeka, 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun