Perdebatan tersebut juga menganalisa tentang cara terbaik untuk mengklasifikasikan perilaku yang dicirikan oleh aktivitas berjam-jam dihabiskan dalam kegiatan Internet. Artinya perlunya kriteria yang jelas bagaimana seorang pengguna internet yang merupakan pengguna biasa (adaptif) berubah menjadi pengguna dengan problem IAD. Apakah ada gejala yang menunjukkan perubahan perilaku seorang mengalami adiksi internet.Â
Beberapa ahli berpendapat adiksi internet biasanya disertai dengan gejala perubahan mood atau keadaan emosional, ketidakmampuan untuk mengontrol waktu yang dihabiskan berinteraksi dengan internet dan perangkat digital, kebutuhan untuk menggunakan lebih banyak waktu atau mengekplorasi permainan baru untuk mencapai suasana hati yang diinginkan. Dampak dari perilaku yang terjadi pada tahap yang selanjutnya bisa berupa konflik keluarga dan kehidupan sosial yang terganggu yang berakibat pada prestasi kerja ataupun capaian akademis yang tidak maksimal.
Beberapa peneliti dan praktisi kesehatan mental melihat penggunaan Internet yang berlebihan sebagai gejala dari gangguan lain seperti kecemasan atau depresi daripada sebuah entitas yang terpisah. Kecanduan internet juga dapat dianggap sebagai gangguan kontrol Impulse. Namun konsensus yang berkembang bahwa konstelasi gejala ini adalah adiksi.Â
American Society of Addiction Medicine (ASAM) tahun 2011 menerbitkan definisi baru tentang adiksi sebagai gangguan otak kronis, secara resmi mengusulkan untuk pertama kalinya bahwa adiksi tidak terbatas pada penggunaan narkoba. Ini tentunya berbeda dengan pengertian adiksi secara umum. Menurut ASAM semua adiksi, apakah kimia atau perilaku, memiliki karakteristik tertentu termasuk diantaranya penggunaan kompulsif (kehilangan kontrol), modifikasi suasana hati dan pengentasan kesusahan, toleransi dan penarikan.
Banyak peneliti dan dokter mencatat bahwa berbagai gangguan mental terjadi bersamaan dengan IAD. Ada perdebatan tentang siapa yang datang lebih dulu, adiksi atau gangguan yang terjadi bersamaan. Penelitian oleh Dong dkk di tahun 2011 setidaknya memiliki potensi untuk mengklarifikasi pertanyaan ini, melaporkan bahwa skor yang lebih tinggi untuk depresi, kecemasan, permusuhan, kepekaan interpersonal, dan psikotik adalah konsekuensi dari IAD.Â
Walaupun perlu penelitian lebih mendalam, tapi setidaknya informasi ini menandakan perlu strategi yang tepat dari psikiater atau psikolog untuk menerapkan metode intervensi pada orang yang didiagnose berdasarkan metode tertentu mengalami IAD secara serius. Konsensus umum yang berkembang adalah bahwa pantangan total dari akses internet tidak boleh menjadi tujuan dari intervensi pada 'penderita' IAD tetapi sebaliknya pantangan dari aplikasi bermasalah dan penggunaan Internet yang terkontrol dan seimbang harus dicapai.
B. Definisi Adiksi Internet
Adiksi internet atau Internet Addiction Disorder (IAD) memiliki beragam pengertian tergantung pada sumber referensi yang kita rujuk karena memang saat ini belum ada standar baku definisi dari IAD itu sendiri. Beragama definisi itu bermuara dari terminologi adiksi (addiction).
Kata "addiction" sendiri menurut Merriam-Webster Dictionary adalah "compulsive need for and use of a habit-forming substance characterized by tolerance and by well-defined physiological symptoms upon withdrawal". Yang jika diartikan adalah ketergantungan dan penggunaan yang berlebihan pada zat kimia yg mempengaruhi perilaku ditandai dengan gejala psikologis menarik diri dari lingkungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adiksi didefinisikan sebagai "adiksi atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu zat".Â
Jadi addiction (adiksi) dari dua definisi di atas diasosiasikan dengan ketergantungan penggunaan substansi kimia. Dan jika diaplikasikan pada kondisi yang lebih umum artinya gejala adiksi pada suatu hal memiliki efek yang menyerupai ketergantungan pada zat kimia.
Internet adalah teknologi yang memungkinkan orang mengakses bermacam-macam informasi baik bersifat positif dan negatif secara instan. Ia merupakan media yang netral dimana seseorang bisa menaruh konten apapun yang orang lain dapat mengaksesnya secara bebas.Â
Untuk setiap konten berisi porno, hoax, propaganda terror dan lain-lain yang terdapat di internet, terdapat banyak konten positif dan informatif untuk memperoleh berita, hiburan dan pembelajaran yang jumlahnya juga tidak sedikit. Dengan semakin murah dan cepatnya internet serta semakin mudahnya cara untuk mengaksesnya melalui teknologi bergerak seperti handphone, tablet atau laptop, maka teknologi ini tersedia dengan mudah sehingga sulit dihindari.Â