Hartanto hanya membuka satu mata dan melirik ke arah Nandar sambil tersenyum, "Aku juga masih ada. Tidak kemana-mana!" kemudian ia kembali ke posisi semula. "Semalam aku bertemu dengan Rena." Ucap Hartanto dengan samar.
Nandar langsung menutup bukunya. Kemudian ia pun memandangi foto dalam bingkai yang terpasang di atas meja. Foto kenangan dari waktu lima tahun silam. Di dalam foto itu ada gambar Rena dan tanda-tangan dalam suasana humor yang menyakitkan. Nafasnya menjadi terasa begitu sesak. Ada sesuatu mengganjal perasaannya. "Bagaimana kabarnya?" tanya Nandar kemudian.
"Aku tidak begitu yakin. Aku masih belum mengerti, apakah Rena dalam keadaan baik-baik saja atau sebaliknya. Semuanya begitu gamang."
"Kenapa? Kata-katamu membingungkan." Sahut Nandar yang jengkel dengan jawaban Hartanto yang tidak pernah jelas.
Hartanto tersenyum kecil, senyuman yang tidak bersemangat. Ia membayangkan pertemuannya dengan Rena yang sempat tersenyum dan membuatnya kaget. "Cantik! Ia semalam terlihat cantik." Kata Hartanto masih sambil terus membayangkan wajah Rena. "Sudah tidak lagi seperti dulu!"
"Cantik?"Â Nandar mengalihkan pandangannya pada Hartanto yang tetap terpejam. Kening Nandar tiba-tiba mengkerut memikirkan sesuatu. Membayangkan kata cantik untuk Rena. "Cantik yang seperti apa?" tanyanya kemudian dengan memburu akan keingin-tahuan.
Masih dengan memejamkan mata, Hartanto membuat suatu gerakan tangan yang sudah umum dipahami, dengan menggambarkan lekuk gitar atau biola Spanyol. "Seksi!" katanya kemudian. "Sangat cantik! Dia turun dari Honda Jazz dengan make-up yang pasti menggoyahkan iman. Sekalipun itu imanmu, Ndar! Kata orang, Rena terlihat begitu sempurna. Perfect!"
"Pendapat orang atau pendapatmu?"
Hartanto kemudian duduk bersandarkan pada tembok yang terasa dingin di punggungnya. Ia melihat ke arah foto di atas meja yang semenjak tadi diperhatikan oleh Nandar. "Pendapat orang!" kata Hartanto dengan lemah.
"Lalu pendapatmu?" Nandar memburu Hartanto dengan pertanyaannya setelah empat tahun ia tidak bertemu dengan Rena. Perasaannya yang dulu ada seakan ingin tumbuh kembali. Sudah lama ia tidak mendengar kabar tentang Rena.
"Buatku, Rena lebih cantik dahulu dari pada sekarang! Kamu tidak perlu tanya alasanku. Kamu sudah tahu kenapa!"