Mohon tunggu...
Iwan Mtq.
Iwan Mtq. Mohon Tunggu... Freelancer - sedang belajar membaca hari ini dari masa lampau agar tak lewat begitu saja...

senang jalan-jalan mengunjungi yang telah tiada untuk memahami diri di kemudian nanti untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Tulang dengan Tanah #2

2 Januari 2020   20:55 Diperbarui: 2 Januari 2020   21:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

ANTARA TERORIS DAN KORUPTOR

Mumpung gigimu masih ada silakan nyerocos sepuasmu dengan tetangga barumu ini, temenku baru mulai dari kulit wajah anak muda ini. Kasihan dia baru terduga teroris saja langsung ditembak dengan jarak dekat tanpa ada perlawanan sedikitpun dan pasrah ujar temenku yang itu.

"Wah kau ini lama tak bercakap sekarang kok malah bicara seorang teroris to Oom Tan, apa tak ada tersangka korupsi yang menyusulku?"

Tenang Tor, kau ini bukan tersangka wahai koruptor wudelnya bodong, akan banyak yang menyusulmu nanti kalo boleh diperbandingkan satu teroris mati seribu koruptor ditanam menjadi santapanku.

Andai hukum tembak mati untuk koruptor seperti kamu dilaksanakan segera mangka akan lebih banyak lagi makanan di bawah sini Tor, bukan hanya seperti anak muda itu yang baru terduga teroris saja sudah divonis mati langsung eksekusi.

Dia itu telah merugikan Negara berapa rupiah coba? Menyengsarakan orang lain dalam hal apa hayo? Kecuwali menambah kesedihan keluwarga yang ditinggalkan.

"weits... kenapa kamu membela teroris Oom Tan?

Jangan jangaaaannn... Kamu masih saudaranya yak..."

"Husss! Mana ada tanah yang teroris?"

"Iya yahhh... kamu kan yang menguasai bumi ini kok lupa akunya yah, maaf deh Oom Tan yang baek tolong jangan terlalu cepat melumat diriku yah... aku ingin menyaksikan kolegaku menyusul kesini tuk membikin repot dirimu dimana lahan mulai menyempit tuk menanam tubuh saja sudah repot dan mahal pula"

Tanah yang baik akan memunculkan tumbuhan yang sehat dan kuat, menghasilkan makhluk ciptaan-Nya mengisi dunia di atasnya. Termasuk manusia yang lahir dari saripati tanah, hanya saja tidak semua tahu darimana ia dilahirkan sehingga dengan mudah dan congkanya merusak tanah tempatnya berpijak dan kembali.

LEGENDA BURUNG CULI

"Oom Tan... masih inget gak dulu waktu aku mulai kau timbun apakah tali pocongku dilepas gak yak oom?"

"Kenapa tiba-tiba kau tanya yang udah lewat Tor... apa yang ada di benakmu?"

Terdengar berisik di atas, tentang tali pocong yang dilepas ato kagak sih, dan jaman dulu waktu aku kecil ada cerita tentang burung culi. Jika ada mayat yang dikubur yang tali pocongnya tak dilepas, burung akan selalu terbang dan hinggap di wuwungan rumah orang-orang yang turut mengubur jenazah. Kamu kan dah ribuan bahkan jutaan tahun ada di sini tentunya paham tentang kejadian sebelum aku ditanam bersamamu Oom...

Maap Tor, aku tak perhatiken dengen seksama dan tak ada usrusannya denganku, setiap tubuh yang dikubur pasti kulahap lumat sampai habis entah dikafani atau tidak, dikasih baju ato tidak itu suka-suka manusia yang hidup di atas sana bagiku setiap tubuh mati sama saja. Kalok burung culi culi mungkin juga rekaan mereka yang hidup, manusia kan pandai mengarang cerita yang seru seram dan lucu kan Tor, mau percaya ato tidak ya urusan yang hidup lah.

"Memang kamu pernah melihat sendiri burung itu?"

"Belum Oom...  Hanya dengar cerita" sahutnya cepat

"Yasudah kalo begitu lupakan saja, toh kamu tetap di sini kan tak kemana-mana bangunin orang tuk lepas tali pocong"

Iya yak Oom... tapi tetep aja penasaran, cerita-cerita di atas itu macem ragam dan kadang simpang siur juga, masyak di metropolitan masih ada burung begituan yak...

Yang bikin aku bingung adalah cara mereka memperlakukan jenazah itu lho Oom, kalo dulu sih asal nurut mbah kaum beres deh, sekarang banyak aliran dan corak yang mempunyai cara sendiri berdasar pembenaran kelompoknya, seperti gerunjing ibu-ibu di atas.

++iye ntuh pok, masak kagak boleh ada pengajian dan ato minimal baca Yasiin getuh...

+lagian masyak kite kagak boleh mandiin almarhumah oleh anak dan mantunye, ya udeh kite pulang aje... eee... taunye pas ujan deres abis isya Bu Minah dimandiin katanya.

++apa ibu itu termasuk kelompoknya yak mpok? Kok suaminye diem aje sebagai kepala keluarga, bingun dweh gwe...

+sudahlah, jangan pada bergunjing, kasian yang meninggal kan bu...

"Bagimana yak Oom Tan, apa ibu-ibu harus mengikuti Sunnah Rasul jua?"

"Huss! Jangan sembarangan ngomong kamu, kalo kedengaran orang tak suka kuburan bisa mati duwa kali kamu!"

"Asyeeeks... ada yang baru lagih kayaknya, tolong tanyain temen Oom Tan, tali kafannya dilepas kagak?"

BESIK

Hajatan kubur telah datang, suasana riuh di hamparan batu nisan setiap pegang alatnya masing-masing dari sapu, sikat, pisau, ember dan peralatan kebersihan lainnya. Dari anak-anak sampai orang tua berbaur berebut membersihkan makam leluhur atau sanak saudaranya.

Seperti tahun sebelumnya pasti ada acara makan-makan di tanah pekuburan itu, saling berbagi apa yang dibawa sebagai bekal dari rumah, aneka jajanan dan nasi bungkus dimakan bersama sambil bercerita tentang leluhurnya.

 "Sudah sebulan ini Oom Tan kok diem aja apa ikut puasa seperti orang-orang di atas ato malah sibuk mberangus iblis? Lalu kapan tubuhku ini habis Oom?"

Kamu ini kentut aja nggak bunyi tapi mulutmu bau, kata-kata yang keluar semakin busuk, itulah yang menyebabken kau lama disini, aku jadi tak semangat melumat jasadmu Lung, entah siksa apalagi yang akan kau terima di sini.

Biasanya jelang puasa orang berbondong ke tanah keramat ini untuk mengarumkanku dengan bunga dan wewangian lain namun di tempat kau membujur ini tak ada harumnya lagi seolah hilang sejak kehadiranmu, apalagi keluarga yang kau tinggalkan sejak kau di tanam tak ada yang mengunjungimu Lung, aku merasa kasihan sebenarnya padamu. Kamu sudah dilupakan, bahkan oleh orang yang katanya menyayangimu.

"Itu adalah siksa kubur yang lain Oom, biarkan yang masih hidup menikmati hasil yang kudapat sampai habis agar terus hidup dan menghidupi keturunanku aku dah merasa senang. Harapanku adalah anak-anakku tumbuh tidak seperti ayahnya yang belepotan dosa ini, semoga mereka nanti bisa meringankanku di hari yang dibangkitkan. Sepertinya bulan penuh doa ini akan segera berakhir dan orang akan berbondong-bondong ke sini lagi menabur keharuman walau tak ada yang mampir di atasku namu terus berharap ada yang menyiram kesejukan walau setetes."

"Saya terharu mendengar pengakuanmu Lung, andai kupunya air mata sudah mengucur deras di sini..."

"Jangan Oom, nanti akan banjir lumpur seantero kawasan ini hihihiii"

"Nah sengak lagi kan suaramu, emang susah sih menjaga mulut."

"Iyaaa maapin deh Oom..."

"Telat! Sudah mati kamu ini, ingatlah"

"Ampunnn dah Oom, khilaf"

"Mohon ampunan kepada Allaah yang telah kamu dustakan dengang nafsumu Lung, tunggulah sampai hari kebangkitan. Temen-temenku akan terus melumatmu, aku ingin jalan-jalan sapa tau diangkat ke permukaan terbawa sandal atau sepatu membawaku kemana dia berjalan."

Bulungan - Karangwaru Lor 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun