Kamu ini kentut aja nggak bunyi tapi mulutmu bau, kata-kata yang keluar semakin busuk, itulah yang menyebabken kau lama disini, aku jadi tak semangat melumat jasadmu Lung, entah siksa apalagi yang akan kau terima di sini.
Biasanya jelang puasa orang berbondong ke tanah keramat ini untuk mengarumkanku dengan bunga dan wewangian lain namun di tempat kau membujur ini tak ada harumnya lagi seolah hilang sejak kehadiranmu, apalagi keluarga yang kau tinggalkan sejak kau di tanam tak ada yang mengunjungimu Lung, aku merasa kasihan sebenarnya padamu. Kamu sudah dilupakan, bahkan oleh orang yang katanya menyayangimu.
"Itu adalah siksa kubur yang lain Oom, biarkan yang masih hidup menikmati hasil yang kudapat sampai habis agar terus hidup dan menghidupi keturunanku aku dah merasa senang. Harapanku adalah anak-anakku tumbuh tidak seperti ayahnya yang belepotan dosa ini, semoga mereka nanti bisa meringankanku di hari yang dibangkitkan. Sepertinya bulan penuh doa ini akan segera berakhir dan orang akan berbondong-bondong ke sini lagi menabur keharuman walau tak ada yang mampir di atasku namu terus berharap ada yang menyiram kesejukan walau setetes."
"Saya terharu mendengar pengakuanmu Lung, andai kupunya air mata sudah mengucur deras di sini..."
"Jangan Oom, nanti akan banjir lumpur seantero kawasan ini hihihiii"
"Nah sengak lagi kan suaramu, emang susah sih menjaga mulut."
"Iyaaa maapin deh Oom..."
"Telat! Sudah mati kamu ini, ingatlah"
"Ampunnn dah Oom, khilaf"
"Mohon ampunan kepada Allaah yang telah kamu dustakan dengang nafsumu Lung, tunggulah sampai hari kebangkitan. Temen-temenku akan terus melumatmu, aku ingin jalan-jalan sapa tau diangkat ke permukaan terbawa sandal atau sepatu membawaku kemana dia berjalan."
Bulungan - Karangwaru Lor 2016