Bingung di Balik Siklusnya
By: Rahman009
Di balik senyumnya yang indah berseri,
Kini hadir badai yang tak kumengerti.
Perasaannya berlayar tanpa arah pasti,
Kadang teduh, kadang bagai ombak berseri.
Wanitaku, oh wanitaku tercinta,
Mengapa kini kau berubah warna?
Hari kemarin tawamu menggema,
Kini kau termenung, marah tak terkira.
Aku berdiri di tengah kebingungan,
Meniti hari dengan penuh kesabaran.
Tak paham benar mengapa kau berubah,
Namun aku bertahan, meski tanpa arah.
Kutahu, ini bukan karena sengaja,
Hanya siklus alam yang membentuk rasa.
Kadang cerah, kadang mendung membebat,
Dan aku, di sini, tetap kuat.
Kuiringi setiap langkahmu yang bergemuruh,
Meski tak selalu kumengerti arahmu.
Di balik badai yang datang sekejap,
Ada cinta yang tetap kupeluk erat.
Tetaplah percaya, meski hari tak pasti,
Aku kan ada, di sini, mengerti.
Karena meski kau berubah saat itu tiba,
Hatiku selalu, takkan pernah berbeda.
Selalu Salah di Matamu
By: Rahman009
Langkahku tertahan di setiap sudut hari,
Seolah apa pun yang kulakukan tak berarti.
Aku bicara dengan hati yang tulus,
Namun di matamu, semua tampak terbalik, tak lurus.
Kata-kataku seperti angin yang lalu,
Tak pernah sampai, hilang tanpa jejak di kalbu.
Mungkin aku terlalu kasar, atau mungkin lembut,
Tapi apapun itu, tetaplah aku yang luput.
Saat kau termenung, aku mencoba mengerti,
Namun seringkali usahaku malah kau hindari.
Entah kenapa, aku selalu salah,
Meski niatku tulus tak pernah berubah.
Ketika emosi meluap dalam dirimu,
Aku merasa kecil, tak berdaya di hadapmu.
Setiap senyum yang kuberi, kau anggap ejekan,
Setiap perhatian, kau lihat sebagai tekanan.
Aku hanya ingin kau tahu satu hal,
Meski terlihat salah, aku takkan goyah.
Akan terus ada, di sisimu berdiri,
Meskipun langkahku sering tak dimengerti.
Biar waktu yang menenangkan badai ini,
Meski kini aku tersesat dalam kebingungan abadi.
Sampai akhirnya tenang merengkuh kita,
Aku tetap mencintaimu, meski sering salah di matamu.
Bingung dan Salah di Siklusmu
By: Rahman009
Ada saat ketika aku terdiam di sini,
Di antara tawa dan tangismu yang silih berganti.
Seperti melangkah di jalan penuh teka-teki,
Setiap langkahku seolah tak pernah berarti.
Kuucapkan kata dengan lembut dan penuh hati,
Namun di matamu, salahku tak pernah pergi.
Kadang aku bingung, kadang aku pasrah,
Seperti hujan deras yang tak kunjung reda.
Kau berkata aku tak mengerti perasaanmu,
Padahal setiap detik aku berusaha menujumu.
Namun, setiap usaha seakan berujung sama,
Aku selalu salah di hadapan cintamu yang berkelana.
Aku berdiri di persimpangan rasa,
Antara memahami atau kembali mencoba.
Kadang ingin aku mundur, namun cinta menahan,
Biarpun siklus ini penuh kebingungan.
Meski aku tersesat di gelombangmu yang berubah,
Aku tetap di sini, meski sering salah arah.
Karena meski badai ini tak mudah untuk dihadapi,
Aku tahu, di balik itu kau tetap cintaku yang abadi.
Jadi biarlah aku salah atau bingung sementara,
Asal nanti tenang hadir di antara kita berdua.
Karena di dalam badai, di dalam putaran ini,
Aku tetap mencintaimu, meski sering terjebak dalam ilusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H