Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Tangisan Ibu

14 Maret 2016   15:03 Diperbarui: 14 Maret 2016   15:16 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 3. Fase dewasa

Hellow, berapa usia Anda sekarang? Apa sih patokan kedewasaan itu, tarif tukang cukur kah, sudah lulus kuliah kah, sudah punya pacar kah? Sudah pernah mimpi basah kah * maksudnya mimpi karena atap bolong, hingga masa dan waktu Dimana semua konsekuensi yang kita ambil perlu pertimbangan dan tanggung jawab yang diiringi dengan sikap yang lebih mature dan slow dalam menyikapi hidup. 

Hingga ditanya kapan lulus kuliah hingga pingsan, ditanya kerja hingga amnesia dan ditanya kapan nikah beserta semua probabilitas dan Premis yang ada. Tapi diantara semuanya, jujur, fase dewasa ini, ibu kita masih saja rela menitikan air mata untuk putra dan putri tercintanya, dalam momen penuh sakral, menikah. 


 Percaya atau tidak, air mata kita atau ibu kita, seperti kali Ciliwung dengan intensitas hujan tinggi di Bogor, tak terbendung air yang keluar, hingga mata membuncah dan suara sedu, kita tak kuasa untuk membantu menenangkan keadaan, karena fase sakral ini, penuh haru bahagia tentunya dari ibu kita.
 Ah, memang, ibu kita, adalah wanita terbaik di dunia, yang bisa dijadikan role model untuk madrasah selanjutnya dalam membina hidup selanjutnya, karena makna tangisan ibu bisa beragam:

1. Bangga melihat anaknya sukses

2. Kecewa dengan sikap anaknya yang mengecewakan

3. Freak dengan semua kebodohan kita

4. Doa, yang terus terurai agar kelak tak mengalami hal serupa Dengan yang ia alami

5. Harapan, agar nanti si anak merasakan betul bagaimana susahnya mendidik anak, seperti susahnya mendidik kita hehe

6. Bahagia, karena semua doanya bisa dilanjutkan dengan generasi kita, setidaknya mimpi masa lalunya bisa diwujudkan dengan generasi kita 

7. Ambigu, karena campuran haru dan bahagia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun