Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Tangisan Ibu

14 Maret 2016   15:03 Diperbarui: 14 Maret 2016   15:16 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena Surgamu, ada di telapak kaki ibumu Ibu, Engkaulah wanita, representasi malaikat di dunia

Ibu, terima kasih, berkat doamu sekarang Alhamdulillah sudah punya menantu 

Ibu,

Minta pulsa terlalu mainstream

Minta mantu, minta cucu, minta datangkan penghulu membuat hayati dan Zainuddin meski nabung dulu

Ibu,

Terima kasih atas semuanya
 Ibu,

Ibu, 

Ibu,

Bapak.

 

Hujan sudah menderu-deru, bak lagu efek rumah kaca dan efek pemanasan global yang terus meluas, sehingga jika melihat siklus cuaca yang tak menentu, sama seperti nasib para pencari cinta yang terombang-ambing oleh ketidakpastian, kayaknya investor yang tanpa ada jaminan, semua akan kabur tentunya, apalagi tanpa jaminan keamanan, jaminan payback periode, atau jaminan kasih sayang * maksudnya jaminan penuh mesra dari Pemerintah dalam konteks ini hehe.

Turbulensi dan volatilitas, seperti gelombang longitudinal, terus berfluktuasi hingga aral melintang, menjadi aral beneran * patah arang maksudnya. Bagaimana tidak, jumlah pengangguran bertambah, ekonomi lesu, pasar tak bergairah, bak trauma cinta yang berkepanjangan, perlu ada stimulus pasti, untuk menghilangkan kejenuhan pasar hingga kejenuhan terlalu lama terkekang diri dengan bayang-bayang masa lalu *apalagi ini, Zainuddin sudah lelah sepertinya.
 Tahukah sosok istimewa yang sering disebut dalam hadist nabi, hingga manusia ini layak menjadi superstar hingga layak dijadikan referensi untuk menilai perlakuan pasangan Anda terhadap Anda nantinya, sosok penuh kehangatan, sosok penuh harapan, sosok yang doanya mengalir hingga akil baligh kita, sosok yang menjadi pahlawan dan madrasah dalam hidup kita, sehingga kita tahu betul cara terbaik memperlakukan wanita lain, selain ia, sosok itu bernama ibu, perempuan besi baja hingga layak masuk dalam jajaran Marvel, Iron Women, namun sosok istimewa ini bukan berasal dari Mutan, seperti kebanyakan tokoh Marvel lainnya.


 Pernahkah dalam hidup, membuat ia menangis sendu, menangis sedih hingga membuatnya terharu akan perbuatan kita? Jawab saja pernah lah,

Untuk anak lelaki yang banyak gaya dan action, hingga banyak hutang dan membuat masalah, sudah pasti jawaban pernah adalah sebuah jawaban yang tidak pernah terhindarkan, karena bisa jadi kita dibuat Down, dibuat semangat, hingga dibuat sukses Seperti sekarang ini berkat doanya yang menembus hijab, langsung kepada pemilik semesta, hanya untuk mendoakan yang terbaik untuk setiap anaknya. Kita bagi semuanya menjadi 3 ( tiga) fase hidup, yaitu masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Yeha, check it brow, sista;


 1. Masa kanak-kanak

Berawal dari pinangan ayah kepada ibu kita, melalui proses seleksi panjang genetika hingga menghasilkan individu terbaik dengan presisi tinggi dan bentuk paling sempurna, fase ini kita sering sekali membuat ibu kita menangis, baik sedih atau senang karena:

A. Karena kenakalan kita, yah wajar sekali memang seumuran kanak-kanak, karena berebut mainanan bisa merusak harmoni antar orang tua, sehingga bisa membuat ibu kita menangis hingga air mata tak keluar, karena bingung akan berbuat Seperti apa lagi, akibat anaknya yang nakal * tunjuk hidung sendiri hehe

B. Karena keaktifan kita, hingga menghasilkan kita yang superior dengan berhasil menuntaskan juz amma/iqra, lomba cerdas cermat, pidato, lomba Fashion show, hingga keaktifan dalam forum atau playgroup.


 2. Masa remaja

Kata Bung Rhoma, masa ini masa berapi-api, sehingga masa-masa Avatar akan dimulai disini, menggabungkan semua unsur, bumi, langit, angin dan api menjadi kesenangan, kegembiraan, masa nakal, masa gitu-gitu aja hehe. Sebab problematika yang ada bisa ditebak, antara kisah cinta monyet hingga cinta fat kay ( deritanya tiada akhir), kenakalan remaja ( tawuran, Mabal sekolah, dll), prestasi gemilang ( juara Olimpiade, juara lomba makan kerupuk, hingga juara lari dari kenyataan), hidup datar ( tanpa ada fluktuasi), hidup berwarna ( campuran antara nakal dengan prestasi, atau prestasi dengan jiwa religius) hingga aktif organisasi hingga membuat khawatir ibu, karena pulang larut malam, sekolah seperti kerja hehe. Bersama semua ceritanya, ibu kita pernah menangis bahagia atau kecewa ketika kita pernah ada dalam fase ini.


 3. Fase dewasa

Hellow, berapa usia Anda sekarang? Apa sih patokan kedewasaan itu, tarif tukang cukur kah, sudah lulus kuliah kah, sudah punya pacar kah? Sudah pernah mimpi basah kah * maksudnya mimpi karena atap bolong, hingga masa dan waktu Dimana semua konsekuensi yang kita ambil perlu pertimbangan dan tanggung jawab yang diiringi dengan sikap yang lebih mature dan slow dalam menyikapi hidup. 

Hingga ditanya kapan lulus kuliah hingga pingsan, ditanya kerja hingga amnesia dan ditanya kapan nikah beserta semua probabilitas dan Premis yang ada. Tapi diantara semuanya, jujur, fase dewasa ini, ibu kita masih saja rela menitikan air mata untuk putra dan putri tercintanya, dalam momen penuh sakral, menikah. 


 Percaya atau tidak, air mata kita atau ibu kita, seperti kali Ciliwung dengan intensitas hujan tinggi di Bogor, tak terbendung air yang keluar, hingga mata membuncah dan suara sedu, kita tak kuasa untuk membantu menenangkan keadaan, karena fase sakral ini, penuh haru bahagia tentunya dari ibu kita.
 Ah, memang, ibu kita, adalah wanita terbaik di dunia, yang bisa dijadikan role model untuk madrasah selanjutnya dalam membina hidup selanjutnya, karena makna tangisan ibu bisa beragam:

1. Bangga melihat anaknya sukses

2. Kecewa dengan sikap anaknya yang mengecewakan

3. Freak dengan semua kebodohan kita

4. Doa, yang terus terurai agar kelak tak mengalami hal serupa Dengan yang ia alami

5. Harapan, agar nanti si anak merasakan betul bagaimana susahnya mendidik anak, seperti susahnya mendidik kita hehe

6. Bahagia, karena semua doanya bisa dilanjutkan dengan generasi kita, setidaknya mimpi masa lalunya bisa diwujudkan dengan generasi kita 

7. Ambigu, karena campuran haru dan bahagia

Sehingga, mahal sekali memang tangisan ibu atau perempuan lain di sisi kita ( istri/suami). Apalagi ibu kita yang gaul, dengan maskara jutaan, bulu alis impor, bedak dari Paris, Gincu dari Amerika, foundation dari Swedia, sambil menenteng tas dari Italia, jika menangis sekali saja, berapa rupiah yang dikeluarkan? 

Ckckckck,

Untuk menghitung dan menaksir jasanya saja, belum ada appraisal yang sanggup, karena ridhonya adalah Ridha Illahi. 

Jadi, sudahkah menghubungi atau mencium ibu kita hari ini?

Sudahkan mendoakan yang terbaik untuknya?

Sudahkan pula SMS tentang minta pulsa diganti dengan minta mantu atau cucu?
 Hmmmmm,

Kalo sudah, cepat makan nasi

Ada mie rasa baru hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun