Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Masa Depan

12 Desember 2018   16:32 Diperbarui: 12 Desember 2018   16:37 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengajaran menggunakan media tidak haya sekadar kata-kata (simbol verbal), tetapi pengalaman yang lebih konkrit. Dale menambahkan, pengalaman konkrit ini lebih paling tinggi di antara keduabelas tingkatan, sehingga ia membuat klasifikasi dengan menggambarkan dalam bentuk kerucut yang diberi nama "kerucut pengalaman atau the cone of experiences."

Media pengajaran yang beragam dapat memberikan bantuan besar bagi siswa. Namun, juga diperlukan peran guru dalam menentukan terhadap efektivitas penggunaan media sesuai situasi dan kondisi. Brets berpendapt ragam media pengajaran dapa diklasifikasikanmenjadi tiga, yaitu suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion). 

Kemudian Brets membuat delapan kelompok media. Pertama, media audio-motion-visual, yaitu media yang memiliki suara, gerakan dan bentuk objeknya dapat dilihat. Misalnya televisi dan video tape. Kedua, media audio-still-visual, yaitu mendia yang mempuyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak bergerak. Misalnya, film-strip bersuara. Ketiga, media audio-semi-motion, yaitu media yang mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan gerakan secara utuh. Misalnya, tele-writing. Keempat, media motion-visual, yaitu media yang mempunyai gambar objek bergerak, seperti film. Kelima, media still-visual, yaitu berobjek namun tidak bergerak, seperti film-strio, microform, dan lainya. Keenam, media semi-motion (semi gerak), yaitu media menggunakan garis dan tulisan, seperti tele-autogrof. Ketujuh, media audio, yaitu media menggunakan suara, seperti radio, dan kedelapan, media cetakan, yaitu media yang menampilkan simbol-simbol tertentu, yaitu huruf.

Media pengajaran memang banyak dan bervariasi, namun sebagai guru harus mampu memilih media pengajaran yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai faktor, mulai dari kegunaannya, fleksibilitas, keefektifan dengan media lain, dan sebagainya. Berbagai pertimbangan guna menunjang proses belajar mengajar ini, juga memperhatikan soal waktu. Karena sering kali dijumpai pengajar tidak mampu mengendalikan waktu. Terkadang, waktu masih panjang tapi bahan pelajaran sudah habis, begitupula sebaliknya. Untuk itulah, diperlukan perencanaan yang cermat, dengan memperhitungkan: seberapa tujuan akan dicapai, seberapa lama entry behavior membutuhkan waktu, berapa lama waktu yag diperlukan, berapa lama kegiatan evaluasi,dan lain sebagainya.

Di samping itu, agar strategi efektif CBSA dapat mengembangakan proses belajar siswa mencapai tarif penguasaan penuh (mastery), harus diterapkan konsep Mastery Learning (belajar tuntas). Belajar ini berkenaan suatu gagasan bahwa siswa dapat menguasai apa yang diajarkan di sekolah dengan menggunakan tolak ukur taraf "penguasaan penuh atau mastery" dan bagaimana praktek pengajaran yang "sistematis". 

Kesistematisan pengajaran tercermin dari strategi pengajaran yang ditempuh. Baik dalam penggunaan test formatif dan cara memberikan bantuan kepada siswa yanga gagal mencapai tujuan. Tujuannya untuk menentukan di mana setiap siswa memperolehbantuan dalam mencapai tujuan pengajaran. Test itu disebut diagnostic progress test. 

Test tersebut menggunakan acuan patokan (Penilaian Acuan Patokan---PAP). Yaitu guru dapat mengetahui siswa mampu mencapai patokan nilai atau gagal. Bahkan guru dapat menetapkan letak kegagalan siswa atas dasar penguasaan bahan pelajaran minimal sesuai patokan yang ditetapkan. Standard patokan dari penguasaan penuh biasanya tinggi antara 75% atau 80%-90%. Nemun, perlu diketahui belajar tuntas tidak menuntut perubahan secara besar-besaran, baik dalam kurikulum ataupun pelajaran. Tetapi, lebih pada mengubah strategi guru, sehingga perhatian guru tidak lagi bertumpu pada waktu yang dibutuhkan tetapi pada penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari secara penuh.

Strategi belajar tuntas ini sangat memperhatikan terhadap perbedaan individual. Sistem penyampaian pengajaran dilakukan ke arah belajar secara individual. Bloom menjelaskan adapun ciri-ciri belajar tuntas adalah (i) dalam kondisi belajar optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai secara tuntas apa yang diajarkan, (ii) tugas pengajar perlu mecari sarana yang memungkinkan siswa menguasai secara tuntas suatu bidang studi, (iii) perbedaan bakat suatu bidang sesuai jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasai secara tuntas, (iv) jika waktu cukup, siswa akan mencapai tingkat belajar tuntas, (v) setiap siswa harus mengalami sifat tugas yang dipelajari dan prosedur yang diikuti dalam belajar, (vi) guru menyediakan dan memberikan catu balik dan perbaikan bagi kesalahan atau kesulitan belajar siswa, (vii) guru mencari berbagai cara untuk memperoleh waktu untuk belajar siswa, (viii) proses belajar sebaiknya dipecah menjadiunit-unit kecil, dan memberikan test di akhir pelajaran, (ix) penilaian akhir harus didasarkan tingkat penguasaan yag dinyatakan dalam tujuan instruksional bidang studi, dan lain sebagainya.

Menurut Bloom, strategi belajar tuntas dipergunakan ajaran kelompok dengan waktu yang relatif terbatas, meskipun diterapkan dalam situasi belajar individual. Sistem pengajaran yang digunakan adalah feed back atau corrective technique, yaitu program remidial, dan memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan. 

Selanjutnya, langkah-langkah strategi yang dilakukan adalah menentukanunit pelajaran, merumuskan tujuan pengajaran, menentukan standard mastery, menyusun diagnostik progress test formatif, mempersiapkan seperangkat tugas untuk dipelajari, mempersiapkan seperangkat pengajaran korektif, pelaksanaan pelajaran biasa, dan evaluasi sumatif.

Berdasarkan  penelitian yang dilakukan James Block (1971, 1972), strategi tersebut sangat efektif, dapat membangkitkan minat siswa belajar dan bersikap positif terhadap pengajaran. Di samping itu, dapat mempertinggi kepercayaan siswa terhadap kemampuannya untuk belajar melalui pendekatan belajar tuntas. Tahap akhir dari proses belajar mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuanyag dirumuskan dapat tercapai. Selain itu, sebagai dasar umpan balik (feed back) dari proses belajar mengajar yang dilakukan. Di sini guru menyusun alat dan melaksanakan evaluasi belajar mengajar secara keseluruhan. Manfaat yang diperoleh evaluasi ditinjau dari pelaksanaannya, adalah: evaluasi formatif, yaitu evaluasi yanag dilaksanakan setiap kali selesai pelajaran suatu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Evaluasi diagnostik, yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose untuk mencari sebab kegagalan pengajaran atau mengetahui kelemahan siswa dalam mempelajari suatu peajaran tertentu. Dan, evaluasi penempatan, yaitu evaluasi untuk menempatkan siswa pada suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai kemampuan dan minatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun