Mohon tunggu...
Mbak Rini
Mbak Rini Mohon Tunggu... -

yuhuu...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Titian Rindu 1 : Semburat Jingga di Cakrawala [Persembahan Perdana Seorang Komensianer]

6 Mei 2010   01:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:23 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ternyata naik pesawat tidak semenakutkan yang ia sangka, hanya pada saat pesawat lepas landas ia merasa takut karena bunyi mesin pesawat yang sangat keras. Ia terpukau melihat pramugari-pramugari yang sangat cantik. Salah satu pramugari menawarinya permen. Tanpa pikir panjang ia raup permen secakupan tangannya. Pramugari itu tertawa melihat tingkahnya. Senyum manis Pramugari itu secerah semburat jingga di cakrawala.

[caption id="attachment_134310" align="alignnone" width="300" caption="diunduh dari www.dagdigdug."][/caption]

Sejak hari itu ia ingin menjadi pramugari.

--  -

the past is never dead, it’s not even past

...to be continued...

catatan :

- matur nuwun : terima kasih

- nduk: panggilan kepada anak perempuan

- ndisik: dulu

- bade tindak pundhi  tho: mau pergi kemana sih

- bade nengok Bapak nggih: mau menengok bapak ya

- iki pesawate Om Harno lho, ora usah wedhi: ini pesawatnya Om Harno lho, tidak usah takut

- ndak iyo, bu: apa iya bu

[rawamangun, 06032010]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun