Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaksimalkan Ruang Publik untuk Kelangsungan Habitat Masa Depan

29 September 2015   23:38 Diperbarui: 30 September 2015   06:55 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Lahan di bawah ini adalah tanah kosong. Tapi di sebelah kanan dan kiri adalah rumah penduduk. Sementara belum laku, tanah tersebut dimanfaatkan untuk berolah raga seperti volley dan badminton. Mungkin nanti jika tanah tersebut sudah ada yang membeli, otomatis kegiatan olah raga pasti akan berhenti. Dan tidak tahu harus mencari lahan dimana lagi.

4. Karena olah raga sudah menjadi kebutuhan utama dan rutin, meskipun hanya seminggu sekali. Karena tidak ada tempat yang bisa digunakan untuk berolah raga, akhirnya menggunakan jalan utama. Sehingga hampir 3 jam jalan yang seharusnya bisa dilewati umum, harus ditutup sementara.
Ironis memang keadaan seperti itu. Antara kebutuhan dalam melampiaskan hobi olah raga tidak di tunjang tempat yang memadai. Kalau sudah seperti ini memang tidak ada yang bisa disalahkan. Selain kita bisa memanfaatkan lahan yang ada untuk dipergunakan secara maksimal. Tapi di sisi lain, bukan berarti tidak ada ruang publik sama sekali di perumahan saya. Ada salah satu sudut yang cukup melegakan apabila kita ingin menikmati ruang publik meskipun dengan fasilitas yang terbatas.

Gambar di bawah ini adalah salah satu contohnya, yaitu taman. Dengan di tata sedemikian rupa, tampak terlihat asri dan teduh. Bisa menjadi tempat bersantai bersama keluarga atau tempat bermain anak-anak. Itupun juga tidak lepas dari andil masyarakat sekitarnya. Keinginan untuk bisa memiliki ruang publik yang bisa menjadi tempat bersilaturahmi antar tetangga, sehingga memunculkan ide yang kreatif. Asalkan setiap individu bisa mau turut menjaga kebersihan dan keindahan taman tersebut, keberadaannya bisa langgeng.

Jadi bisa di tarik kesimpulan bahwa keberadaan ruang publik sekarang ini sedikit diabaikan oleh pembuat dan pelaksana kebijakan tata ruang wilayah. Sehingga ruang yang sangat penting ini semakin berkurang. Ruang-ruang publik yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, seperti lapangan olahraga, taman kota, arena wisata, arena kesenian, lama-kelamaan menghilang digantikan oleh ruko, pusat bisnis atau perbelanjaan.

* * *

Cerita lain tentang ruang publik di kota besar seperti Surabaya, saya akan mengambil contoh yaitu TAMAN BUNGKUL.

Siapa yang tak kenal Taman Bungkul. Tidak hanya warga Surabaya saja, para pendatang maupun pelancong pasti sudah sangat mengenal nama tersebut. Taman yang dinobatkan sebagai Taman Terbaik Sedunia oleh BPP itu, sekarang menjadi salah satu kebanggaan warga Surabaya. Karena betul-betul mencerminkan ruang publik yang tidak hanya bisa menjadi tempat rekreasi atau bersantai, tapi juga menjadi tempat berinteraksi serta bersosialisasi. Dengan mengusung konsep Sport, Education dan Entertainment - fasilitas yang disediakanpun tidak tanggung-tanggung seperti skateboard dan sepeda BMX track, jogging track sampai sebuah open space yang di pakai kalau ada event untuk live performance.

 

Fasilitas yang disediakan pun turut mendukung keberadaan Taman Bungkul menjadi satu tempat hiburan yang nyaman, bersih dan asri, diantaranya adalah :

 

1. Tempat sampah yang tertata rapi sesuai dengan jenis-jenis sampah. Tidak lupa papan peringatan, yang jelas terpajang di sebelahnya. Sehingga akan selalu mengingatkan pengunjung untuk tertib dan tidak membuang sampah sembarangan. Ini juga menjadi edukakasi khususnya buat anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun