MALAM MINGGU DATANG LAGI!
Mbah Har
Â
Malam Minggu datang lagi, menggali berlalunya lalui hari yang kemarin. Tak terasa!!!
Aku harus dapatkan, wajib dan mutlak. Tiada kata lain untuk menunda atau tidak...malam ini sebagai jawaban untuk besuk.
Selepas magrib aku genjot Honda BMW-ku. Biar buntut, tapi sanggup melaju di jalanan beraspal bersaing dengan setang-setang bunder. Ditemarami lampu kota, dibawah tengadah keceriaan seribu bintang dan satu rembulan -- tak mungkinlah matahari bersinar di kala gelap, nistalah! -- aku bersaing merebutkan satu tempat, satu kedudukan di atas bangku.
Sendiri? Tentu tidak. Tidaklah demikian aku merasa sendiri, ada angin mengiringiku. Ada pula lagu-lagu aku nyanyikan dalam hati, dalam siangan telingaku. Seputaranku membaur menjadi angan melambungkan rindu. Apakah tersebut belum cukup sebagai bukti aku tak sendiri? Dan satu lagi teman setiaku, dia yang kau takkan temukan di jog belakang, atau pula di sampingku. Tetapi nyatanya ada Yaa, adalah dia di dada memposisikan diri dengan sebutan 'tekanan' yang membuat aku senantiasa dengan caraku melibaskan mata, melihat dengan mata, mendengar dengan hati dan perasaan membawa penjelmaanku ke alam maya, sungguh!
Ke alam maya,yaa kira-kira! Membawa paruh tanganku dengan lapisan tinta mengkopi perasaan tertangkap sayap jiwa, entah itu rintihan, entah itu pula tangis bahagia -- apa saja -- jiwa lihat dan rasakan aku refleksikan.
Jam tujuh lebih sudah berangkat meninggalkan. Lukisan malam memadankan laju motorku yang lancar-lancar aja. Lancar-lancar menggodok lusinan gelintir pasang sijoli hilir mudik merapatkan pinggang di atas jalanan bersamaan aku lalui.
Real -- kalut ada -- aku belum bisa seperti mereka. Duduk-duduk di taman ngobrol dan mengobral setia. Berpegang tangan menarik perhatian untuk mengambil hati sang pujaan dengan berbagai alasan dan endusan nafas dibalik sipit mata melirik. Curi-curi kesempatan, terbang ke nirwana memuji dan memuji dunia ini milik berdua, aku bagaimana? Kau anggap apa aku, menumpang/mengontrak? Brengsek, sadis banget!
Lepas aku tinggalkan taman kota aku pandang dari kejauhan trafik light merah. Nggak ada keinginan untuk aku sekarang meneteskan pikiran di sana, teliti diriku meronta. Terlalu pagi, begitu batinku menandai!