"Hitam...Haaaa!"
Terbelalak tidak percaya. Terbukalah mata lebar-lebar menyaksikan lebar-lebar kandang menjadi lebih luas dari biasanya. Tak ada dengusan, tak ada pula si hitam.
"Hitam!"
Apa mungkin di bawa ke sawah? Rasanya tidak mungkin. Bukan saat yang tepat untuk membajak tanah, tetapi saat yang tepat untuk menunggu padi menguning. Dua atau tiga minggu lagi adalah waktunya menuai hasil.
"Siapa tahu, coba ke sana ah!"
Bergegas ambil langkah seribu. Seribu rupa tanya terima dengan suram. Ambil gerak dalam kelam hati. Pikiran melayang diterbangkan bayangan menakutkan, akankah hilang di curi, akankah ada yang tega melakukannya? Ah...!
Detak jantung tak menentu. Perasaan tak enak terus bernyiang. Legam panas diterjang tanpa pandang bulu menembus bebatuan terbakar matahari.
"Mas!"
Jauh nandisana berteriak lantang. Terus dibarengi derap langkah makin mendekat. Tetapi semakin dekat, semakin terasa pula beban mendebarkan hati. Jiwa merapuh saat tak melihat yang dicari nampak di depan mata. Lalu, ke manakah gerangan?
"Mas...Mas!"
Terpatah-patah memperpanjang nafas. Terbata-bata mengulum ludah mengganti kering kerongkongan. Mensejajarkan diri mengembalikan ketenangan yang menipis.