Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memahami Sang Waktu

6 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 6 Mei 2023   17:55 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEMAHAMI SANG WAKTU

(Demi Masa, sungguh manusia dalam kerugian...)

Mbah Har - Wahyu

Getir piano usang kembali aku mainkan

Perdengarkan nadanya setelah lama aku tinggalkan

Tetapi serasa tiada nada dapat kupersembahkan,

Bukan karena telingaku tuli, Tetapi karena memang usang aku singkirkan

Aku tinggalkan kembali di gudang kisah piano usang

ku sudari semua  salahku karena sekedar mempertontankan sekali

Aku tiada pantas meniupkan hawa panasku kisah  5 tahun lalu

Benar adanya dalam pusaran roda memahami sang waktu

Senyum abadi memaknai mata,

Selembar nasi putih masukkan mulut

Segelas air putih menawar sisa mataku

Memandang dengan jelaga warna menepis anggapan

Di bawah pohon rindang aku pilih untuk memaknainya

Bukan aku ingin menghakimi piano usangku

Sekedar bersandar dalam sejuknya angin sepoi

Menahan bahuku mengecil lemah tertambat batangnya

Terdiam di sini meringkuk bingung

Memegangi kepala tidaklah elok

Beralaskan tikar  rumput pilihan terbaik

Segelas air putih membebaskanku dari tawanan

Semut kecil biarlah menertawaiku dengan lepas

Mereka tidak dendam padaku, sekedar mengingatkan

Mereka pernah berkata, kenapa dulu kau matikan temanku?

Sedangkan kami hanya meminta jalan lewat

Hanya 1 centimeter, tidak lebih lebar

Benar adanya dalam pusaran roda memahami sang waktu

Aku lihat dari tepi jalan, roda memang berputar

Satu, dua, tiga dan seterusnya beradu menantang

Suara kebisingan aku tepis menundukkan daun telinga

Berharap di bawah pohon ini aku tak mendengar

Dan hakikatnya ini adalah bagianku

Tanggal 30 April 2022 aku sepakat,

Kado terindah dari sangwaktu

Sang waktu menepati janji untuk datang

Datang suatu ketika nanti dulu dan berkata

Benar adanya dalam pusaran roda memahami sang waktu

Yaaa, aku telah mendapatkan bagianku

Tendangan pasir lompatan roda jalanan

Begitupula hempasan angin menampar wajahku

Dengan senyum aku jawab, tertawaku terlalu keras?

Sehingga hai kau angin terganggu tidurmu

Maafkan aku, aku pantas menerimanya

Menjelang magrib aku melangkah pulang

Dengan kepalan kuat, ku kecup senja ini

Tikar pandan kembali aku bawa pulang,

Satu tujuanku setia seorang menemani sendiri

Tiba-tiba kilatan kembang api gemericik di atas kamar

Aku tutup pintu rapat-rapat dan berkata mubadzir

Tapi, tak sampai di sini, suara ledakan mercon booommm

Sama, aku luruskan kaki membuat duduk menepis sudut

Jantung berdetak serasa berkata redam

Benar adanya dalam pusaran roda memahami sang waktu

Barangkali yang terbaik adalah pejamkan mata, seperti pernah  dengar

Dengan memejamkan mata  akan dapat melihat yang tidak terlihat

Adanya ke depan lembaran kemerahan tertulis lebih banyak tinta putih

Gema takbir aku lafaskan dengan terbata-bata...

Semoga besuk  masih melihat fajar setelah malam berlalu

Dan di fajar berikutnya  dapat berbagi matahari pagi

Aamiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun