Senyum abadi memaknai mata,
Selembar nasi putih masukkan mulut
Segelas air putih menawar sisa mataku
Memandang dengan jelaga warna menepis anggapan
Di bawah pohon rindang aku pilih untuk memaknainya
Bukan aku ingin menghakimi piano usangku
Sekedar bersandar dalam sejuknya angin sepoi
Menahan bahuku mengecil lemah tertambat batangnya
Terdiam di sini meringkuk bingung
Memegangi kepala tidaklah elok
Beralaskan tikar  rumput pilihan terbaik
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!