Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Banyak Orang yang Tidak Tahu di Tidak Tahunya!

17 Oktober 2016   08:30 Diperbarui: 29 Januari 2017   22:30 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan penelitian Schwartz dapatlah dikatakan, bahwa pemahaman lama kita tentang kontrol diri sebenarnya salah. Selama ini kita memahami kontrol diri sebagai suatu upaya untuk menahan dorongan-dorongan diri, bertahan di bawah tekanan, mengikat pinggang, dan berjalan di dalam duri penderintaan hidup. Namun ini semua salah. Justru bagi Schwartz kebalikannyalah yang benar. Kontrol diri adalah soal memperoleh dan menggunakan energi diri secara tepat.

Di dalam setiap tindakan, termasuk tindakan mengontrol diri, orang perlu energi. Juga ketika kita harus melakukan pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi, ataupun menahan diri, ketika sedang diprovokasi oleh orang lain. Semuanya butuh energi. Bahkan menurut Schwartz semua kesulitan dunia sekarang ini terjadi, akibat gagalnya manusia mengontrol dirinya sendiri. Seolah manusia kehabisan energi untuk mengontrol dirinya sendiri. Maka untuk melakukan kontrol diri, yang pertama diperlukan adalah kemampuan mengatur energi yang diperlukan untuk mengontrol diri. Caranya sederhana mulai dari menggunakan energi yang ada secara efisien, atau memiliki cara yang efektif untuk mengisi energi yang sebelumnya telah terbuang.

Pada akhirnya, kita perlu untuk menjaga energi, supaya tetap ada untuk melakukan kontrol diri, lalu menyadari bahwa kita masih banyak membutuhkan pengetahuan dalam hidup ini. Karena, semakin banyak kita isi pikiran kita dengan informasi yang penting untuk hidup kita, ternyata kita akan semakin kekurangan ?!  Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 17 Oktober 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun