"Begini ..." aku menghela nafas panjang.
"Cuma lima menit khan ?!"
"Iya... lima menit aja !." Jawabku agak sedikit kesal.
"Oke, aku mau dengerin."
"Sebelumnya, aku mau tanya dulu, apakah kamu siap jadi penulis ?"
"Gitu deeech ... !?"
"Oke ?!" meski aku tak pernah mengerti apa yang dia maksudkan.
Pembicaraanpun berlangsung agak serius. Ternyata ia mendengarkan apa yang kusampaikan tentang bagaimana caranya kita mudah menulis, apapun bentuk tulisannya. Dan, aku tidak pernah sangsi dengan kecerdasannya. Karena, dengan IPK yang lebih dari 3,2 di traskrip nilai sarjana, biasanya IPK sebesar itu dimiliki oleh orang-orang yang cukup cerdas. Yaa ?!, memang dalam bekerja sehari-hari dia tergolong perempuan yang disiplin dan cepat menyesuaikan diri dengan apapun tugas-tugasnya.
Meskipun dia tergolong perempuan yang cepat tanggap, cerdas, dan lumayan cantik. Namun, ada satu hal yang mungkin bagi orang lain, yang belum mengenal sikap dan kepribadiannya, bakal dibuat sakit hati dan mual-mual. Dia kadang-kadang terlalu polos dalam bersikap dan menindaklanjuti sebuah pesan. Kepolosannya dalam membicarakan sesuatu, dan mengkritisi sesuatu memang cukup membuat jantung orang mengkerut ... ruut ... ruut ... ruuuut. Dengan kepolosannya ini, ia tidak sungkan-sungkan marah atau mengatakan sesuatu itu apa adanya tanpa disaring terlebih dahulu. Sehingga apa yang dia lihat dan dia dengar, akan keluar kata-kata pedas, yang meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa tedeng aling-aling alias tanpa ada filter.
Sering dengan kepolosannya, dia melukai orang yang ingin coba-coba menyukainya. Dia pasti akan mengatakan, "modus apa lagi nih !!!" Lalu meninggalkannya untuk selamanya. Menurutku ini merupakan sikap yang luar bisa keras, seakan hidup ini tak punya 'rasa'. Hidup baginya adalah kerja, kerja dan kerja. Meski aku sampai hari ini belum bisa mengerti tentang sikapnya, namun bagiku "peduli amat", tokh .. si amat aja gak pernah peduli pada siapapun, tauuu !!!.
"Oooo, gitu ya ?!. Jadi menulis itu ternyata mudah, hanya menulis apa yang ada di kepala kita aja. Dan, gayanya seperti kita ngomong begini ???!. Langsung tulis gituuu !?. Lalu, jangan kasi kesempatan untuk memikirkan apa yang ada di kepala kita. Langsung tumpahin aja dalam tulisan." Ia mencoba mengulangi apa yang kusampaikan dalam lima menit terakhir.