Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Menulis Komedi Sulit untuk Dilakukan?

24 Desember 2023   12:33 Diperbarui: 27 Desember 2023   02:45 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibuat penulis (ayolah Kompasiana, apa saya harus terus mengisi kolom ini agar gambarnya tetap terbit?)

Berkaca dari buku-buku komedi yang pernah saya baca, kegagalan menulis cerita komedi terjadi akibat penulis masih belum mampu membentuk suasana 'humor' dalam cerita, dan bahkan ketika suasana humor tersebut bisa tercipta, beberapa penulis gagal dalam mengeksekusi suasana humor tersebut sehingga tidak jadi mengundang gelak tawa.

Alasan lainnya adalah, suatu tulisan komedi tidak jauh berbeda seperti kita melakukan stand-up komedi. Bedanya stand-up komedi bisa kita demonstrasikan dengan gimmick dan perilaku yang lucu.

Sementara tulisan hanya berasaskan kemampuan penulis melakukan narasi dan sebisa mungkin menciptakan pembaca memvisualisasikannya. 

Jika kedua hal ini maupun salah satunya gagal ketika diimplementasikan, maka pasti komedi tersebut tidak menjadi lucu. Itulah mengapa, timbal balik antara pembaca dan penulis harus bisa terjalin agar narasi yang disampaikan wadidaw dan tepat.

Faktor lain juga? Relevansi cerita. Joke bapak-bapak yang bagi sebagian orang 'cringe' akan tetap mudah mengundang gelak tawa bagi bapak-bapak, namun belum tentu hal itu bisa masuk ke telinga anak muda dan akan menanggapi joke tersebut dengan alis yang meninggi sebelah; Maksud lo apa?

Dalam kasus ini, kita bisa berkaca kepada Raditya Dika saat melakukan Stand-Up Komedi. Mengapa beliau sukses menyampaikan komedi walaupun sudah berumur tua? 

Sebab yang dibawa adalah permasalahan percintaan remaja yang akan selamanya relevan dengan para remaja, bahkan orang dewasa pun akan tetap relevan sebab mereka masih bisa mengenang masa-masa percintaan remaja mereka.

Dan itulah letak masalahnya, komedi yang kita tulis tidak akan selamanya sempurna sebab susah untuk menciptakan relevansi yang bisa diterima semua orang, akan tetapi kendati itu susah, bukan berarti itu mustahil.

Saya kemudian menyadari bahwasanya komedi menjadi relevan jikalau ada masalah yang bisa dirubah menjadi gelak tawa. Dan masalah tersebut, haruslah umum dan dapat diterima semua orang. 

Permasalahan dirumah seperti nyokap lebih galak seperti kuntilanak, polisi gendut yang ngupil disamping jalan, temen dekat kamu yang kocaknya minta ampun, atau diri anda sendiri serta kemalangan....masih bisa jadi korban.

Dalam hal ini, saya mengutip dari sebuah novel komedi Dibawah Bendera Sarung yang menjadikan permasalahan salah satu penyanyi wanita yang salah mengucapkan judul lagu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun