Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Gambar Hitam, Merah, dan Putih

9 Oktober 2023   17:32 Diperbarui: 10 Oktober 2023   13:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"...begitu pak guru, cerita gambarku" Rahel mengakhiri cerita dengan suara tangisan yang ia tahan. Saya melihat dirinya sedikit gemetar sehingga membuat saya memijat-mijat pundaknya.

Kelas menjadi sepi. Bahkan saya tidak tahu harus berkata apa.

"Uhm...Pak Guru, sebenarnya anak haram itu apa?" pertanyaan melayang gemetaran dari bibirnya, hal yang kemudian membuat saya menengok kepadanya.

Rahel menatap saya yang masih belum bisa berkata-kata dengan tatapan yang memiliki embun pada sudut mata. Sementara detik berlalu dalam kesunyian kelas, saya memutuskan untuk membelai rambutnya.

"Ya pak guru! Anak haram itu apa! Soalnya bapakku juga pernah bilang kalau salah satu temen mainku itu adalah anak haram! Dan aku nggak boleh deket sama dia!" ucap Sahrul antusias sembari berdiri.

"Ya pak guru! Anak haram itu apa?!" Rena, siswa perempuan yang duduk didepan saya juga bertanya.

Kelas kemudian menjadi ribut dan tidak lagi kondusif. Opini siswa dan siswi berseliwaran di dalam kelas dan menjadi gaduh, saya mengangkat jemari ke bibir agar mereka diam. Dan perlahan, kelas menjadi sepi kembali.

 "Anak haram itu...." Saya diam sejenak dan memperhatikan mereka semua sembari mengacak-acak rambut Rahel. 

"...Adalah istilah untuk anak-anak spesial di muka Bumi yang dilahirkan dengan mental dan tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan anak yang lainnya. Anak haram artinya ksatria, karena mereka dilahirkan Tuhan untuk bertarung melawan hal-hal yang tidak pada tempatnya. Jadi tugas kalian sebagai anak yang tidak haram...adalah untuk membantu mereka ngelawan ketidakadilan itu, paham?!"

"Paham pak guru" ucap mereka serentak.

Saya kemudian mempersilahkan Rahel duduk kembali di bangkunya dan saya segera menutup kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun