Ikan malang itu tergeletak tak berdaya, matanya molotot seolah malaikat maut menarik ruhnya bak menarik kambing kurban, kutekan-tekan tubuhnya yang keras seperti batu dan ia tidak bergerak. Aku menatapnya lama sembari bertanya bagaimana ikan ini dibunuh, apakah dibiarkan mati kehabisan oksigen atau dipukul oleh pemancing? Pertanyaan itu kusimpan didalam kantong otakku, berharap jawabannya bisa membuatku tahu bahwa watak pemancing bisa jadi adalah seorang psikopat ulung.
Angin menggerakkan kemeja yang aku kenakan dan laut yang membentang dikejauhan mulai menciptakan ombak-ombak yang menyerbu ke pesisir, menghantam pasir dan karang, terpecah menjadi milyaran.
"Bang, ini mancingnya sejak kapan?"
"Wah, dari malam ini dek, dari jam 12"
Aku kaget bukan main, sudah berapa jam pria tua ini menunggu? Aku pun mencecar dengan pertanyaan berikutnya
"Dari malam bang? Abang nggak tidur kalau begitu?"
"Nggak dek, kami agak jarang tidurnya"
"Ini yang dikeranjangnya kan cumi bang, cuminya dapat darimana?"
"Cuminya hasil laut dek, hasil dari kami menangkap ikan"
"Terus abang pake hasil laut yang abang dapatkan untuk menangkap ikan?"
"Iya"