Mohon tunggu...
mazaya deaswara kinanti
mazaya deaswara kinanti Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya memiliki hobi lari, badminton, dan berenang. saya suka memasak didapur layaknya perempuan. saya lebih suka feminim daripada tomboy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Metode Problem Based Learning: Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Dalam Keurikulum Merdeka

4 Oktober 2023   19:13 Diperbarui: 4 Oktober 2023   19:20 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mazaya Deaswara Kinanti, Dr.Eka Titi Andaryani,S.Pd.,M.Pd

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang

Email : mazayakinanti@gmail.com

ABSTRAK

Proses pembelajaran memiliki penggunaan metode pembelajaran  yang  bervariasi,  salah  satunya  adalah  metode Problem  Based  Learning (PBL).  Adapun  masalah  penelitian adalah  bagaimana  langkah-langkah  perencanaan  dan  proses penerapan  metode  PBL  dalam  meningkatkan keaktifan  belajar dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Metode pembelajaran juga dapat membantu perkembangan intelektual peserta didik secara konstruktif. Dan hingga kini hadirnya kurikulum merdeka, metode pembelajaran berpusat pada siswa masih gencar untuk diterapkan. Pemerintah mulai memperhatikan penerapan kurikulum dengan menekankan partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas serta mutu dari pendidikan sekolah. Pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Pendidikan memegang peranan yang sangat urgent dalam segala bidang sehingga bangsa yang sedang membangun dan ingin maju tentu memahami bahwa pendidikan adalah kunci pembangunan, dan tanpa kunci pembangunan dan usaha tersebut tidak akan berhasil. Perkembangan teknologi dan arus globalisasi semakin menuntut perbaikan sistem pendidikan sehingga mampu melahirkan generasi terdidik yang diharapkan. Situasi kehidupan bangsa Indonesia yang sedang dalam keadaan krisis di bidang politik, ekonomi, keuangan, sosial, budaya, dan adanya tantangan yang muncul sebagai akibat kemajuan teknologi, pasar bebas ASEAN tahun 2003 yang lalu dan pasar bebas Asia Pasifik tahun 2020, menuntut bangsa Indonesia untuk mengantisipasinya dengan cara memiliki program dan penyelenggaraan pendidikan yang mampu memberikan kontribusi signifikan untuk menghasilkan individu, masyarakat, dan bangsa yang dibutuhkan negara Indonesia di masa yang akan datang.

Kata Kunci : Problem  Based  Learning, Pendidikan

PENDAHULUAN

Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Nurhadi dan Senduk menyatakan bahwa "belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya". (Nurhadi dan Senduk 2003:11) Pembelajaran kontekstual ini merupakan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri. Suatu pendidikan dapat dikatakan berhasil jika dapat menunjukkan kualitas dari pendidikannya itu sendiri, mulai dari kualitas pendidikan berupa proses ataupun dari kualitas lulusannya. Dengan kata lain, pendidikan tersebut berhasil jika dalam proses mengajar dan belajarnya dilakukan dengan baik, sehingga mampu memberikan hasil lulusan yang berkualitas

Berkaitan dengan hal tersebut memang melalui pendekatan kontekstual pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai macam strategi di dalamnya. Salah satunya dengan menggunkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) atau PBL. Nurhadi mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) adalah: Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk 56).

Pada pembelajaran berlangsung, siswa selalu diarahkan untuk menghafal fakta dan konsep dari informasi yang disampaikan guru. Padahal dengan adanya suatu pendidikan, maka peserta didik dapat menyelesaikan suatu permasalahannya, sebab pendidikan ini juga mengajarkan tentang bagaimana caranya untuk menghadapi suatu permasalahan bukan hanya mengenai fakta dan konsep saja di dalam kehidupannya. Selain itu pengetahuan yang terus berevolusi tentang tumbuh dan berkembang seiring dengan pengalaman baru dalam kegiatan pembelajaran. Adanya pengetahuan yang semakin berkembang maka akan mendapatkan pengalaman baru pula dan dengan adanya pengalaman baru maka membuat mereka untuk memodifikasi serta mengkonstruksi pengetahman ketika peserta didik mengetahan adanya permasalahan di linglongan mereka. Oleh karena itu sudah semestinya pada penyusunan materi ajar juga menggunakan pembelajaran yang berbasis pada masalah atau dapat dikatakan pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan. Dalam hal ini guru perlu memiliki strategi serta konsep dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif serta efisien. hingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai dengan baik (Nasution, 2017), serta kegiatan dan langkah dalam pembelajaran akan lebih terarah dan jelas (Pane & Dasopang 2017)

METODE

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode studi kepustakaan. Dalam konteks ini, studi kepustakaan mengacu pada pengkajian teoritis, referensi, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan budaya, nilai, dan norma yang berkembang dalam situasi sosial yang diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis beberapa jurnal, buku, dokumen, dan sumber-sumber data serta informasi lain yang dianggap relevan dengan penelitian.

PEMBAHASAN

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) ataupun yang sering disebut dengan PBL adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan suatu kegiatan pembelajaran yang inovatif kepada peserta didik dan diharapkan dapat meningkatkan keaktifan seorang peserta didik (Aman, 2016). Pembelajaran ini berfokus kepada peserta didik dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik (Moningka, 2015). Model pembelajaran yang bersifat inovatif inilah yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi harus bersikap aktif sehingga siswa dapat melakukan kerjasama yang baik antar sesama temannya untuk menyelesaikan dan mencari solusi dalam permasalahan yang ada di kehidupan nyata (Yamin, 2011), sehingga setiap peserta didik dituntut agar dapat berpikir kritis serta menempatkan peserta didik ke dalam objek pembelajaran yang utuh (Aji & Mediatati, 2021). Dalam hal ini, masalah yang dijadikan suatu pokok utama dalam proses pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menyelesaikannya dengan cara berkelompok sehingga antar siswa dapat berbagi pengalaman baru ketika menyelesaikan nugas kelompoknya dan siswa juga bisa belajar mengenai caranya bekerja sama di dalam kelompok, sehingga dari konsep tersebut. bahwa kemampuan berpikir kritis dijadikan sebagai hal yang terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran (H. D. Cahyani. Hadiyanti. & Saptoro, 2021), PBL juga merupakan salah satu konsep dimana kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mempelajari setiap permasalahan nyata yang terdapat pada keludupan sehari-hari (Maryati 2018), serta berprinsip kepada permasalahan yang merupakan titik awal dalam peserta didik mendapatkan suatu pengetahuan serta pengalaman yang baru (Komalasari, 2010) Hal ini akan memen daya pikir peserta didik menjadi lebih kritis dan peserta didik memiliki keinginan dalam memecahkan stat pensslalu yang disajikan oleh guru (Camelia & Maknun 2021).

Kurikulum merdeka merupakan sebuah terobosan inisiatif yang dilakukan oleh bapak Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum ini disebut dengan merdeka belajar yang memiliki tujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Merdeka belajar disini merupakan proses pendidikan yang membangun lingkungan belajar yang menyenangkan, baik bagi pendidik, siswa, orang tua siswa dan menyenangkan bagi semua orang, Saleh (2020). Munculnya kurikulum merdeka ini juga diharapkan dapat menunjang pemerataan pendidikan di Indonesia dengan kebijakan afirmasi yang telah dirancang oleh pemerintah untuk seluruh peserta didik yang berada di kawasan tertinggal, terluar dan terdepan (3T), Manalu, dkk (2022). Merdeka balajar diartikan sebagai merdeka '

dalam berpikir, berkarya, serta dapat menghormati atau merespon akan perubahan. Selain itu juga, kurikulum ini hendak mengubah metode belajar yang dilakukan di dalam kelas menjadi kegiatan pembelajaran di luar kelas. Situasi belajar akan terasa lebih nyaman dengan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi peserta didik dalam berdiskusi dengan gurunya, bersosialisasi dengan baik, sehingga diharapkan bisa membentuk karakter siswa yang mandiri, berani, cerdik, sopan, beradab, berkompetensi. Kurikulum merdeka juga tidak mematokkan kemampuan dan pengetahuan siswa dari sisi nilai saja akan tetapi dilihat juga dari sikap dan keterampilan siswa di bidang tertentu. Siswa diberikan kebebasan untuk bisa mengembangkan minat dan bakatnya. Dalam konsep kurikulum merdeka belajar pendidik dan peserta didik secara bersamaan mewujudkan konsep pembelajaran yang lebih aktif dan produktif dalam aktivitas pembelajaran, Mastuti, dkk (2020).

Kurikulum merdeka digadang-gadang memiliki karakteristik utama dengan tujuan mendukung proses pemulihan pembelajaran. Karakteristik utama yang dimaksud yaitu pembelajaran berorientasi atau berbasis kepada proyek dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi karakter maupun teknis dari para siswa, upaya untuk fokus kepada materi yang esensial sehingga pembelajaran mendalam pada kompetensi dasar yaitu seperti numerasi dan literasi memiliki waktu yang cukup, dan juga upaya bagi fleksibilitas guru dalam melakukan pembelajaran dengan menyesuaikan kemampuan dari masing-masing peserta didik serta menyesuaikan kepada konteks maupun muatan lokal (mulok). Pada kurikulum merdeka, metode PBL menjadi metode yang paling ditekankan sebagai upaya pengembangan karakter peserta didik.

Proses pemecahan masalah (melakukan refleksi)

Pemecahan masalah dimaksudkan disini sebagai suatu kegiatan atau proses yang sudah direncanakan dan perlu diimplementasikan agar mendapatkan suatu jalan keluar dari suatu masalah yang mungkin tidak diselesaikan secara instan (H. Cahyani & Setyawati, 2017). Dalam memecahkan masalah terutama dalam proses pembelajaran, perlu ditentukan apa saja yang sudah diketahui dan memperoleh gambaran umum dalam penyelesaiannya, serta mempunyai tujuan yang jelas (Akhsani & Jaelani, 2018). Pada kegiatan pembelajaran, sebelum mengakhiri pembelajaran, peserta didik diajak untuk merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah mereka lakukan. Bagaimana tahapan proses pembelajaran dari awal merumuskan masalah, sampai mempresentasikan laporan yang mereka buat, sehingga memantapkan penguasaan materi pelajaran. Hal ini menuntut peserta didik sehingga dapat memadukan setiap sistem mulai dari kognitif, metakognitif. hingga pengaturan diri dan strategi-strategi lainnya (Sari, Maidiyah, & Anwar, 2019), serta mengetahui setiap kendala dari proses pembelajaran yang dilaksanakan agar dapat menemukan alternatif solusi dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya (Amalia & Putra, 2019).

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) cukup efektif di dalam mengembangkan kemampuan peserta didik serta dalam pembelajaran ini, peserta didik juga memiliki nilai-nilai karakter yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran seperti niliu tanggung jawab, kerjasama, demokrasi, dan lain-lain. serta peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapat dan masukkannya terkait isi pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik tersebut. Saran untuk pembelajaran berbasis masalah, guru diharapkan dapat memahami dengan baik apa saja yang perlu dipersiapkan dalam menyusum rencana pembelajaran, termasuk juga kepada peserta didik, agar lebih aktif, serta dapat memahami setiap pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik atau guru. Hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) dinilai efektif di dalam mengembangkan kemampuan peserta didik serta dalam pembelajaran ini, peserta didik juga memiliki nilai- nilai karakter yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran seperti nilai tanggung jawab. kerjasama, demokrasi, dan lain-lain, serta peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapat dan masukkannya terkait isi pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik tersebut. Saran untuk pembelajaran berbasis masalah, guru diharapkan dapat memahami dengan baik apa saja yang perlu dipersiapkan dalam menyusun rencana pembelajaran, termasuk juga kepada peserta didik, agar lebih aktif, serta dapat memahami setiap pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik atau guru.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution,  M.  K.  (2017).  Penggunaan  metode  pembelajaran  dalam  peningkatan  hasil

belajar siswa. Sutdia Didaktika: Jurnal Ilmiah Bidang Pendidikan, 11(1), 9--16.

Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu

Keislaman, 3(2), 333--352.

Aman, K. (2016). Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran sejarah untuk

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Butar Sulawesi Tengah. Istoria: Jurnal Pendidikan Dan Sejarah, 12(1), 28--46.

Moningka,  C.  (2015).  Problem  based  learning  dengan  metode  jigsaw:  uji  coba  pada

mahasiswa psikologi Universitas Bunda Mulia. Jurnal Psibernetika, 8(1), 35--47.

Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pers.

Aji,   S.   B.,   &   Mediatati,   N.   (2021).   Penerapan   problem   based   learning   untuk

meningkatkan hasil   belajar   IPA   di   sekolah   dasar. Edukatif:   Jurnal   Ilmu Pendidikan, 3(5), 2734--2780.

Cahyani,  H.  D.,  Hadiyanti,  A.  H.  D.,  &  Saptoro,  A.  (2021).  Peningkatan  sikap kedisiplinan 

dan kemampuan  berpikir  kritis  siswa  dengan  penerapan  model pembelajaran  problem  based learning. Edukatif:  Jurnal  Ilmu  Pendidikan, 3(3), 919--927.

Maryati,  I.  (2018).  Penerapan  model  pembelajaran  berbasis  masalah  pada  materi  pola

bilangan di kelas VII sekolah menengah pertama. Jurnal Mosharafa, 7(1), 63--74.

Komalasari,  K.  (2010). Pembelajaran  Kontekstual  Konsep  dan  Aplikasi.  Bandung: Refika 

Arditama.

Camelia, C., & Maknun, L. (2021). Implementasi problem based learning (PBL) dalam

pembelajaran  jarak jauh di MI Al-Mursyidiyyah selama masa pandemi. Elementar (Elementary of Tarbiyah): Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 22--37.

Akhsani,  L.,  &  Jaelani,  A.  (2018).  Peningkatan  kemampuan  pemecahan  masalah matematis

mahasiswa melalui metode snow ball throwing pada mata kuliah teori Graf. Kontinu:    Jurnal    Penelitian    Didaktik    Matematika, 2(2),    48--59. https://doi.org/10.30659/kontinu.2.1.58-71.

Sari,  L.,  Maidiyah,  E.,  &  Anwar.(2019).  Proses  pemecahan  masalah  matematis  siswa SMP 

materi bentuk  Aljabar  melalui  model  Problem  Based  Learning. Jurnal Peluang, 7(2), 77--84. https://doi.org/10.24815/jp.v7i2.15099.

Amalia,  R.,  &  Putra,  E.  D.  (2019).  Refleksi  pembelajaran:  modifikasi  problem  based learning  

untuk   mendeskripsikan   kemampuan   berpikir   kritis   siswa. Jurnal Emasains, 8(1), 1--7. Retrieved from https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/emasains/article/view/264.

Saleh, M. (2020). Merdeka Belajar di Tengah Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional

Hardiknas, Vol.1, 51-56.

Manalu, J. B., Sitohang, P., & Henrika, N. H. (2022). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Kurikulum Merdeka Belajar. Prosiding Pendidikan Dasar, 1(1), 80-86.

Mastuti, R., Maulana, S., Iqbal, M., Faried, A. I., Arpan, A., Hasibuan, A. F. H., & Vinolina, N. S.

(2020). Teaching from Home: dari Belajar Merdeka Menuju Merdeka Belajar. Yayasan Kita Menulis.

Amalia, D., Siti, A., & Syofiyah. (2022). Menerapkan Metode Pembelajaran Berorientasi Student

Centered Menuju Masa Transisi Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol 6, 8839-8846.

Nurhadi dan Sendak (2003), Pembelajaran Kontekstual JContextual Teaching and Learning/TCL)

dan Penerapannya dalam KBK. Malang Universitas Negeri Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun