Mohon tunggu...
May Wagiman
May Wagiman Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder. --RUMI--

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tarot dan Agama; Sudut Pandang Seorang Peramal

18 Mei 2024   11:28 Diperbarui: 18 Mei 2024   11:43 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarot of the Divine. Sumber foto: Sari Azis.

Apa ada dari keluarga yang bisa meramal juga? Atau yang suka hal-hal supranatural?

Kalau meramal khusus menggunakan media tarot tidak ada dalam keluarga. Tapi jika meramal atau menerawang tanpa media ada, yaitu almarhum kakek saya. Kakek dulu seorang paranormal yang juga bisa mengobati orang sakit.

Untuk menjadi peramal tarot kita bisa belajar/latihan saja atau menurut Sari harus ada "bakat" juga?

Setahu saya sekarang banyak orang buka kursus meramal tarot. Kalau mau belajar sendiri, kita bisa belajar dari buku petunjuk kartu tarot atau lewat video di Youtube.

Orang yang saya bilang punya “bakat” itu misalnya, ketika mereka menyentuh kartu tarot, mereka bisa langsung “paham”, seperti ada intuisi yang menuntun mereka. orang-orang itu bisa disebut punya “bakat”. 

Sari ingat siapa orang pertama yang dulu pernah diramal?

Diri saya sendiri. Aneh tapi nyata, dengan meramal ini, saya jadi bisa membaca diri sendiri. Jadi tahu apa yang sedang terjadi pada diri sendiri dan apa yang mungkin akan terjadi.

Kira-kira sudah berapa orang yang pernah Sari ramal sampai saat ini?

Sepertinya sudah ratusan orang. Mungkin dua ratus orang lebih. 

Tolong ceritakan sedikit tentang pekerjaan meramal selama ini?

Saya pernah beberapa tahun bekerja di majalah Good Housekeeping Indonesia di Jakarta sebagai pengasuh rubrik tarot dan zodiak. Selama belasan tahun ini saya bekerja on & off sebagai tarot reader. Saya tidak pernah buka praktik meramal sendiri  atau punya tempat khusus untuk meramal. Klien tarot kenal saya dari mulut ke mulut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun