"Tepat dua bulan setelah pernikahan, kubawa Raihana ke rumah kontrakan di pinggir kota Malang."(hal. 26)
"Sampai ahkirnya suatu hari di kampus ada berita yang cukup mengagetkan sesama dosen."(hal. 26)
Berbeda dengan kisah Setetes Embun Cinta Niyala, tempat yang digunakan kebanyakan memakai latar kamar dan rumah Umi.
"Sejak kedatangan surat itu. Ia jarang keluar kamar."(hal. 59)
"Di ruang makan tampak lima orang duduk mengitari meja yang bundar."(hal. 86)
Sedangkan latar waktu memakai campuran. Ada pagi, siang, dan malam.
"Dan malam itu."(hal. 86)
"Ketika aku makan siang bersama..."(hal. 26)
"Sinar mentari dhuha tak sehangat biasanya..."(hal. 64)
Pudarnya Pesona Cleopatra mengambil sudut pandang orang pertama serbatahu, hal ini bisa dibuktikan dengan bagaimana penulis menuliskan tokoh Aku sebagai pemeran utama dan mengetahui segala perasaan dan jalan cerita tokoh lain. Sedangkan di dalam kisah Setetes Embun Cinta Niyalamemakai sudut pandang orang ketiga serba tahu karena penulis membiarkan tokoh utama disebut dengan menggunakan nama Niyala dan sangat mengetahui apa yang dirasakan oleh tokoh lainnya.
Di dalam cerita pertama, tokoh Aku digambarkan sebagai sosok yang pintar dan memiliki angan-angan memperistri gadis Mesir. Sedangkan pada cerita kedua, Niyala digambarkan menikah dengan Faiq yang notabene adalah pemuda alim dan pintar lulusan Al-Azhar Mesir. Dari penjelasan ini bisa disimpulkan bahwa tokoh yang ditulis memiliki banyak kesamaan dengan penulis yaitu Habiburrahman El Shirazy. Kang Abik adalah lulusan Al-Azhar dan sudah lama tinggal di Mesir. Di cerita Pudarnya Pesona Cleopatra, Kang Abik banyak menggunakan penjelasan tempat Solo dan Jawa Tengah. Hal ini memiliki kesamaan dengan sang penulis yang memang memiliki kampung halaman di Jawa Tengah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!