Jika dulu, kita melihat bahwa olahraga adalah sebuah ajang kompetensi bergengsi di setiap sekolah pada setiap tahun. Entah perlombaan basket, sepak bola, bulu tangkis dll. Â Atau, kita melihat bahwa olahraga adalah mereka yang memiliki hobi keluar rumah sehabis shubuh atau lari sore keliling lapangan beberapa putaran. Atau mereka yang memiliki ambisi menurunkan berat badan dengan embel-embel diet sehat. Maka, sampailah olahraga menjadi sebuah kebutuhan di zaman ini. Era pandemi Covid-19.
Olahraga menjadi naik daun pada era pandemi Covid-19. Banyak yang menyarankan olahraga menjadi sebuah syarat untuk mendapatkan perlindungan diri dari penularan virus Covid-19. Sehingga olahraga kembali dihadiri banyak tamu. Setiap orang mulai mencari olahraga apa saja yang ringan dilakukan.Â
Melihat angka peningkatan Covid-19 di media membuat seseorang harus mau tidak mau harus bisa melindungi diri dengan menjaga kesehatan agar tetap stabil, serta tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Pemerintah juga ikut menyarankan masyarakat agar tetap melakukan olahraga rutin dengan menterbitkan sebuah pedoman perubahan perilaku penanganan Covid-19.Â
Sedangkan WHO mengatakan bahwa adanya pandemi, aktivitas gerak mengalami penurunan karena banyak menghabiskan berdiam diri di rumah. Terlebih semua aktivitas banyak dikerjakan secara WFH maka intensitas gerak seseorang menjadi menurun.
Dikutip dari International Journal of Cardiovascular Science, olahraga atau aktivitas fisik, terutama pada intensitas dan durasi sedang, dapat mendukung respon imun dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Sedangkan, olahraga dengan intensitas tinggi dan berkepanjangan tidak disarankan untuk dilakukan karena dapat menyebabkan imunosupresi atau menurunkan imunitas tubuh.
Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga atau aktivitas fisik dapat mencegah terjadinya gangguan mental yang dialami oleh sebagian orang karena adanya penerapan karantina dan isolasi, maupun jaga jarak (physical dystancing) akibat pandemi Covid-19. Gangguan mental tersebut misalnya depresi, kecemasan, sindrom kelelahan dan stress.
Jauh sebelum ada pandemi, olahraga hanya diminati oleh orang-orang tertentu. Olahraga hanya diminati pada orang-orang yang memang memiliki hobi beriringan perihal olahraga. Seperti bermain sepak bola, renang, maraton, bulu tangkis, basket, senam dlll.
Sehingga pandemi menjadi momentum orang-orang tergerak untuk memulai pola hidup sehat dengan melakukan olahraga. Selain dari itu banyak pencarian di internet mengenai tips dan trik olahraga di rumah (home Workout).Â
Karena adanya pembatasan jarak dan aktvitas di luar rumah, maka olahraga yang dianjurkan yaitu secara mandiri dari rumah tanpa harus pergi ke tempat gym atau berkumpul dengan teman-teman yang lain.
Dalam hal ini, olahraga di dalam rumah merupakan pilihan olahraga yang aman, murah dan mudah untuk dilakukan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk melakukan peregangan otot (Stretching)Â dan melatih kekuatan otot lainnya.
Seiring perkembangan teknologi, youtube menjadi salah satu sarana untuk mengikuti tata cara olahraga lainnya di saat pandemi. selain dari itu, fitur-fitur canggih pada smartpone juga sudah banyak yang mendukung pola hidup sehat dengan olahraga. Misalnya fitur seberapa jauh kita berjalan, smartphone akan menghitung berapa langkah yang sudah kita lakukan dalam satu harinya.
Olahraga Menurut Organiasi Kesehatan Dunia (WHO)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pedoman berolahraga bagi orang dewasa di tengah pandemi virus corona. Adapun lamanya berolahraga yang direkomendasikan yakni selama 150 menit atau 2,5 jam setiap minggunya.
WHO merekomendasikan agar masyarakat berusia 18-64 tahun melakukan olahraga setidaknya 150 menit atau minimal 75 menit olahraga berat setiap minggunya.
WHO merekomendasikan, anak-anak hingga remaja berusia 17 tahun membutuhkan setidaknya 60 menit waktu untuk berolahraga setiap harinya.Â
Menurut rekomendasi tersebut, jenis olahraga yang harus dilakukan anak-anak hingga remaja yakni aerobik, seperti jogging atau bersepeda. Aktivitas yang memperkuat otot dan tulang juga diperlukan.
Namun memang tidak mudah untuk mengkomunikasikan betapa pentingnya peran olahraga di saat pandemi. tingkat motivasi dan minat seseorang yang berbeda-beda serta pola hidup yang jauh dari senang berolahraga menjadi tantangan tersendiri setiap individu tergerak untuk rutin menerapkan olahraga menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari selama pandemi.
Menanggapi Fenomena Panic Buying
Dimasa yang rentan ini, masyarakat perlu diberi edukasi melek terhadap ilmu pengetahuan klinis yang benar. Tidak menjadi panic buying yang akhir-akhir ini ramai di media. Yaitu istilah lain dari terlalu merasa cemas sehingga membeli barang-barang karena takut kehabisan seperti obat, vitamin sampai dengan susu.Â
Salah satu literasi dalam menanggapi kondisi saat ini yaitu ilmu pengetahuan kesehatan yang seimbang. Ilmu pengetahuan seputar olahraga pada hari ini pula bukan lagi hanya sekedar sebuah tayangan yang kita nikmati. Tetapi kita terapkan untuk menurunkan angka penularan karena imun yang rentan tertular.Â
Olahraga bukan hanya sekedar membentuk otot tubuh dan menurunkan berat badan. Setidaknya, adanya gerakan menerapkan rutin olahraga secara ringan dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk peduli terhadap keadaan saat ini.
Oleh karena itu, dalam menyikapi keadaan pandemi saat ini, olahraga menjadi keputusan yang bijaksana. Tidak hanya rutin menjaga imun dengan mengkonsumsi makanan sehat dan vitamin, tetapi juga tidak melewatkan pentingnya peran olahraga sebagai solusi dalam menjaga ketahanan tubuh dimasa pandemi Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H