Mohon tunggu...
Maya
Maya Mohon Tunggu... Mahasiswi - Blogger - Traveler -

Mahasiswi Fakultas Hukum

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Moeldoko dan Sosok Cawapres

31 Juli 2018   05:01 Diperbarui: 31 Juli 2018   10:50 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Jendral TNI (Purn.) Dr. Moeldoko, S.IP adalah seorang tokoh militer yang diprediksi kuat akan dipilih menjadi Calon Wakil Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Umum 2019.

Selain Memiliki elektabilitas yang cukup tinggi dibeberapa lembaga survei, Moeldoko mendekati kriteria yang dicari oleh Jokowi untuk menemaninya di Pemilu 2019. Moeldoko yang saat ini merupakan Kepala Staf Kepresidenan Indonesia memiliki nilai-nilai yang dicari oleh Jokowi.

Moeldoko adalah seorang yang cerdas dan inovatif, hal ini dapat dilihat dengan berbagai macam kesibukannya di dunia Militer namun Moeldoko mampu mendapatkan Gelar Doktor dari Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia.

Kelebihan lain yang dimiliki oleh Moeldoko dari kandidat-kandidat Cawapres lain adalah Kerja Keras, Disiplin, Tegas dan Bertanggung Jawab serta Pantang Menyerah.

Hal ini dapat dilihat melalui trackrecord atau rekam jejak yang dimilikinya mulai dari Kasdam Jaya pada Tahun 2008, Panglima Kodam XII Tanjungpura, Panglima Kodam III Siliwangi, Wakasad, KSAD hingga menjadi orang Panglima TNI. 

Nilai lebih ini yang dapat mengimbangi Jokowi yang kemungkinan akan berhadapan dengan Prabowo yang memiliki background militer. Dan yang terpenting, meski Moeldoko dididik dan dibesarkan didunia Militer, sosok Moeldoko pun memiliki nilai religiusitas yang baik. 

Hal ini terbukti dengan kedekatan yang baik antara Moeldoko dengan 2 Organisasi Besar Islam yakni NU dan Muhammadiyah hal ini ditunjukkan pada saat Moeldoko masih menjabat sebagai Panglima TNI yang melakukan pendekatan secara baik dengan organisasi-organisasi Islam. Hal ini pun dapat menjadi nilai tambah karena saat ini, Politik Identitas cukup membayang-bayangi Pemilu 2019.

Menjadi lulusan terbaik di Akademi Militer membuka lebar tangga kesuksesan Moeldoko. Puncaknya, setelah 32 tahun bertugas di Angkatan Darat (AD), ia diangkat menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia. 

Sebelum menjadi Panglima TNI, ia adalah Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad).  Itulah prestasi Moeldoko. 

Pria kelahiran Kediri, 8 Juli 1957 adalah anak dari pasangan Moestaman dan Masfuah. Ia anak bungsu dari 12 bersaudara. Bapaknya hanya seorang pedagang palawija dan perangkat keamanan di desa sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Masa kecil Moeldoko pas-pasan. Orang tuanya serba kekurangan untuk membiayai anak-anaknya yang  terbilang banyak. Pendapatan orang tuanya tidak menentu dan membuat hidup keluarga ini serba kekurangan. 

Meski serba kekurangan, orang tuanya berharap anak-anaknya jadi orang berguna. Moeldoko kecil bisa dibilang termasuk anak yang cekatan dan pekerja keras. Dia ikut membantu ekonomi keluarga untuk menopang kebutuhan keluarganya. Dia sejak kecil sudah bekerja mengangkut batu dan pasir dari kali setiap pulang sekolah.

Moeldoko menyelesaikan sekolah SD dan SMP di Kediri sedangkan sekolah menengah atasnya di Jombang. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan militer di Akademi Militer (Akmil) di Magelang. 

Pada usia 24 tahun Moeldoko menyelesaikannya dan berhasil menjadi lulusan terbaik pada tahun 1981 dengan dianugrahi Bintang Adimakayasa. Setelah itu, Moeldoko mengawali karier sebagai Komandan Peleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana. 

Berbagai tugas dia jalani dengan penuh semangat dan disiplin. Moeldoko juga dapat melaksanakan tugas dengan baik saat operasi Seroja Timor-Timur dan penugasan lainnya seperti  ke Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Kanada.

 Karier Moeldoko bisa dibilang tidak pernah berhenti menanjak. Lulusan terbaik Akmil ini menjabat sebagai Kasdam Jaya tahun 2008, dan pada tahun 2010-2011, ia mengalami tiga kali rotasi jabatatan dan kenaikan pangkat.  

Mulai dari Panglima Divisi 1/Kostrad, panglima III/Siliwangi, hingga menjabat sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).

Kariernya terus meroket, dua tahun kemudian dengan cepat menduduki Wakil Kepala Staf AD hingga dipercaya sebagai Kepala Staf TNI AD (KSAD) tahun pada 22 Mei 2013.Puncak kariernnya di militer makin cemerlang setelah menjadi KSAD. 

Menginjak usia 56 tahun, Moeldoko ditetapkan sebagai Panglima TNI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelum penetapan, Moledoko mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR-RI dengan jawaban yang diberikan Moeldoko membuat 9 fraksi di Komisi I menyetujui Jenderal TNI Moeldoko sebagai panglima TNI. 

Saat Moeldoko masih berada dalam kandungan, bapak dan ibu berpuasa hingga 40 hari. Orang tua berharap kelak anaknya bisa menjadi orang besar.

Rumah tempat tinggal mendiang pasangan suami istri Moestaman dan Hj Masfuah, yang juga orang tua Jenderal Moeldoko, 57. Bangunannya tidak banyak berubah. Tidak ada renovasi. 

Ukurannya tetap kecil, memanjang kebelakang, sedikit menjorok ke dalam, dan sederhana. Temboknya terlihat tua, rapuh, dan kurang terpelihara.

 Di depan teras terhampar pelataran semen yang berfungsi untuk menjemur pakaian dan mengeringkan bulir padi panenan. Di sinilah Moeldoko lahir dan dibesarkan.

Sebuah foto sang jenderal berbingkai murah tampak menghias dinding ruang tamu. Foto itu baru dipasang bersamaan digelarnya acara tasyakuran jabatan Panglima TNI belum lama ini.

Di balik tembok dinding berfoto tersebut adalah kamar Moeldoko. Di ruangan berukuran sekitar 3x5 meter itulah Moeldoko biasa melepas penat setelah seharian sekolah danbekerja.

Di kamar yang tidak banyak berubah tersebut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu biasa menghabiskan waktu bermanja-manja dengan ibundanya. Ketika kecil sampai besar (SMA), setiap tidur selalu bersama ibu. Kamar itu dulu sebagian dindingnya anyaman bambu (gedhek). 

Di keluarga, Moeldoko adalah bungsu dari 12 bersaudara. Sujak adalah putra kedua dengan tiga orang adik yang meninggal dunia ketika Moeldoko masih kecil. Selain Moeldoko, Sujak juga memiliki kakak bernama Moesadi yg pernah menjadi dansubdenpom kota Blitar dan adik bernama Poerwono mantan danramil Talun serta Sugeng Hariyono yang pernah menjadi Danramil Purwoasri. 

Kemudian Siri Rahayu yang bersuamikan tentara bernama Sabar berpangkat mayor. Lalu ada Supiyani bersuami Suyono yang memangku kepercayaan kaur Desa Pesing. Menurut Sujak, almarhum ayahnya (Moestaman) hanyalah seorang pedagang palawija alakadarnya. 

Sementara Mustamah, mendiang ibunya, seorang istri dan ibu rumah tangga biasa. Anak yang relatif banyak dan penghasilan yang tidak menentu membuat hidup keluarga ini serba kekurangan. 

Moeldoko mengenal pendidikan pertama di Sekolah Dasar Negeri Juntok 1. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Papar, Kabupaten Kediri, kemudian di Jombang, sekolah di Sekolah Menengah Pertama Pertanian (SMPP).

Di tengah kesibukannya di dunia militer, dia tidak melupakan pentingnya pendidikan. Dia terus mengasah intelektualnya di perguran tinggi hingga gelar tertinggi.  Dalam usia 57 tahun, ia berhasil mendapatkan gelar doktor Ilmu Administrasi Negara di Universitas Indonesia dengan nilai sangat memuaskan. 

Pensiun dari TNI bukanlah akhir kariernya. Dua tahun lepas dari tugas kemilitiran, pada 17 Januari 2018, purnawirawan jenderal bintang empat ini diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai kepala Staf Kepresidenan menggantikan Tetan Masduki. 

Moeldoko memiliki Istri bernama Koesni Harningsidan dari perkawinannya itu, Moeldoko dan Istri di anugerahi dua orang anak yakni Randy Bimantoro, dan Joanina Rachma.

Beberapa penghargaan yang pernah diterima oleh Moeldoko selama berkarier adalah Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV, Satya Lencana Seroja, Tanda jasa dari PBB,    Satya Lencana Santi Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Utama.

Selain itu, Moeldoko memiliki 10 point lebih yang dimilikinya untuk menjadi Wakil Presiden Jokowi.

  • Pertama Moeldoko adalah orang yang Taat Beribadah. Sebagai mana Firman Allah yang berbunyi "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. QS Al-Baqarah : 21" sebagai seorang muslim yang taat, ibadah selalu dijalankan oleh mantan Jendral ini, hal ini dapat dilihat dengan seringnya Moeldoko menghadiri pengajian yang dilakukan oleh organisasi islam di Indonesia.
  • Kelebihan kedua yang dimiliki oleh Moeldoko adalah sikap Pantang menyerah. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Insyirah "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,(1) Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,(2) yang memberatkan punggungmu? (3) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (4) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" hal ini dibuktikannya dengan banyaknya pengalaman selama di militer yang mampu membuat dia bangkit hingga menjadi seorang Panglima TNI padahal kita tahu bahwa Moeldoko semasa kecil lahir dari keluarga menengah kebawah yang membuatnya harus terus berjuang. Usaha perjuangan dan sikap pantang menyerahnya kini memberikan hasil. Selain menjadi Panglima TNI, saat ini Moeldoko dipercaya menjadi Kepala Staf Kepresidenan.
  • Yang ketiga adalah sebuah ketegasan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh HR. Muslim "Dengarkan dan patuhilah penguasa, meski penguasa tersebut memukuli punggungmu dan merampas hartamu. Tetap dengarlah dan taat." (HR. Muslim no. 1848).
  • Bertanggung Jawab (Amanah). Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun 8-11) jiwa tanggung jawab yang dimiliki oleh Moeldoko tak perlu diragukan, pasalnya ia mampu menjadi seorang panglima TNI
  • Tentang sebuah kedisiplinan. Dalam islam, nilai Disiplin juga menjadi poin bagi seorang pemimpin sebagaimana firman Allah "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Qs. an-Nis [4]: 59). Nilai disiplin yang telah dijalani oleh Moeldoko selama di Militer tak perlu diragukan kembali, sikap disiplin sangat melekat dengan dirinya.
  • Bekerja Keras. "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (At-Taubah: 105) sebagaimana Firman Allah tersebut tercermin didalam kepribadian Moeldoko, kita dapat melihat kerja keras Moeldoko dengan dirinya sebagai kepala staff kepresidenan yang tetap masuk kerja meski hari itu adalah hari libur idul fitri.
  • Mau mendengarkan. Hendaklah engkau dengar dan taat kepada pemimpinmu baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan mudah, baik dalam keadaan rela ataupun dalam keadaan tidak suka, dan saat ia lebih mengutamakan haknya daripada engkau." (HR. Muslim no. 1836). Selama menjadi Jendral TNI, Moeldoko adalah seorang yang sering mendengarkan keluh kesah baik dari rekan TNI maupun masyarakat. Hal ini dapat terlihat pada sambutan yang beliau sampaikan "Jika dulu TNI sulit mendengarkan orang lain, sekarang berbeda lebih banyak mendengar dan action. Setelah mendengar kita jalankan apabila ada yang positif," di Mabes TNI. Hal ini berlanjut sampai Moeldoko menjadi Kepala Staff Kepresidenan, dengan rutin berkeliling kampus untuk mendengarkan suara aspirasi masyarakat yang hendak diberikan kepada pemerintah
  • Jujur (Siddiq) adalah nilai utama dalam diri seorang pemimpin muslim, karena siddiq merupakan sifat yang dimiliki oleh sahabat Rasullullah, jiwa kejujuran Moeldoko tak perlu dipertanyakan kembali. Pasalnya Moeldoko yang kala itu menjadi Panglima TNI mengaku jujur tentang harta kekayaan yang dimilikinya yang membuat masyarakat terheran-heran dengan asal-usul jumlah hartanya. Namun, Moeldoko hanya menjawab santai dan singkat. "Mungkin karena kejujuran saya memiliki risiko, saya ditanya kanan kiri. Tidak apa-apa. Saya tidak akan mengurangi kejujuran saya. Jangan sampai karena saya dapat kritik kemudian saya tidak jujur. Saya tidak mau," kata Moeldoko dalam wawancara dengan Kompas TV. Nilai kejujuran inilah yang jarang sekali ditemukan disosok pemimpin saat ini.
  • Cerdas (Fathanah) adalah nilai utama pula yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, bagaimana tidak, jika seorang pemimpin tidak cerdas maka dia tidak akan menggapai tujuan dari Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Moeldoko sang Jendral yang cerdas. Kondisi Prajurit TNI yang kini telah berubah patut diapresiasi. TNI sekarang cenderung tidak arogan, justru TNI memiliki sikap egaliter dan mengayomi masyarakat, bisa dikatakan TNI sekarang berdiri sama tinggi, duduk sama rendah diantara masyarakat. Jadi ingat salah satu jargon TNI pada waktu ulang tahun Korps Sudirman ini, yaitu, "Bersama Rakyat, TNI Kuat."Sejarah tetaplah akan menjadi sejarah. Kita ingat sekali dimnaa saat itu TNI dan mahasiswa saling bermusuhan, yang satu melempari dengan batu yang satunya membalas dengan pentungan dan semacamnya. Oleh karena itu, saya sendiri menginginkan dapat terbentuk rekan kerja yang tandem antara TNI dan mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia yang dinamis namun tetap aman dan stabil. Dan sekali lagi, ini diinisiasi oleh Jenderal yang cerdas, yakni Panglima TNI Jenderal Moeldoko.
  • Al-Qur'an Surat Luqman: 20, yang berbunyi, "Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan." Surat ini mengajarkan kepada kita bahwa kita haruslah menjadi orang yang Inovatif. Salah satu hasil karya Inovatifnya adalah dengan membuat sebuah acara yang bertajuk Panglima TNI Innovation Award. Ajang 'Panglima TNI Innovation Award' sendiri akan mencari 10 orang inovator terbaik dan diberikan penghargaan. Para peserta merupakan organisasi, unit kerja, satuan, tim, atau individu dari TNI dan sipil yang memiliki karya inovasi dalam lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa Moeldoko adalah orang yang berinovasi dengan menyebarkan virus-virus Inovatif kepada anggotanya. Hal ini juga beliau teruskan selama menjadi Kepala Staff Kepresidenan yang terus mengembangkan inovasi-inovasi untuk rakyat mudah menyampaikan pendapatnya kepada Pemerintah. Agar tidak ada jarak antara Pemerintah dengan Rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun