Mohon tunggu...
Maya Madu
Maya Madu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah Hitam

26 September 2016   10:00 Diperbarui: 27 Desember 2016   17:30 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berpamitan dan memberikan beberapa baju ganti yang sudah kami persiapkan sebelumnya, aku memeluk tubuh anakku. Apalagi ibunya tak kuasa berpisah, beberapa kali pelukan dan ciuman di daratkan, Amelia malang hanya bisa sedikit mengapit genggaman tangan kami. Entah ia setuju atau malah tak setuju yang jelas tujuan kami untuk pengobatannya. Kami segera pulang dan mencoba mengikhlaskan.

***

Aa' Semar membawa tenaga ahli seorang anak buahnya, dengan beberapa terapi yang dilakukan dengan cara-cara tak lazim seperti umumnya. Pasien ditelanjangi bulat-bulat lantas tubuhnya dibaluri segala jenis rempah yang telah diberi ramuan obat. Setelah itu ditidurkan di sebuah alumunium foil besar dan lebar, hanya sebatas leher saja. Tubuh pasien tersebut disiramkan air mendidih yang benar-benar mendidih, lantas dibiarkan hingga alumunium foil tersebut dingin. Setelahnya baru dimandikan juga dengan air hangat dan campuran rempah.

Di sela-sela kelamin pasien terdapat cairan berwarna gelap juga dari duburnya keluar kotoran yang sangat tajam baunya. Setelah tenaga ahli tersebut membersihkan dibantu oleh Aa' Semar, lantas Aa' Semar seperti gerakan tenaga dalam tangannya bergerak-gerak di sekujur tubuh pasien lantas dibuang ke arah air bekas mandi pasien.

Amelia seperti mendapat sinar baru, warna pucat dalam tubuhnya seakan berwarna merah muda. Bahkan ia sudah dapat duduk bersandar dan sedikit berbicara, "Terima kasih, Pak," ucapnya kala itu.

"Panggil saja saya, Aa'."

Amelia tersenyum, setelah menghabiskan makanannya ia kembali berbaring. Aa' juga meninggalkannya seorang diri.

***

Angin malam seakan mengerti waktu, bahwa suaranya lebih terdengar ketika saat ini. Kisi-kisi jendela kayu, kerai bambu dan gesekan ranting semakin jelas terdengar. Bulan juga enggan nampak, mengilhami pekatnya malam yang khusyuk. Di dalam kamar Aa' telah menyalakan dupa di empat penjuru sekaligus, tepat di sisi keris.

Perlahan langkahnya ke arah kamar Amelia, gadis lemah dengan perangai ayu tersebut dibopongnya. Saat sampai di kamar Aa' ia terbangun lantas terperangah mendapati dirinya di kamar Aa'.

"Jangan takut, Cah Ayu, ini serangkaian pengobatan, jika kamu tak kuat teriak saja di bantal ini," lelaki berambut gondrong dengan jambang panjang tersebut melepas helai demi helai pakaian yang melekat di tubuh Amelia. Perlahan dicumbuinya sang perawan tak berdaya, seluruh tubuhnya tak lepas dari intaian sang Semar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun