Aghhh! Dewi mencoba menghalau isi kepalanya sekali lagi. Ia benar-benar harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak boleh terlalu berharap kali ini. Ini bukan pertamakalinya Tio memberikannya perhatian. Bukan pertamakalinya pula pria itu datang ke acara peluncuran sebuah novel.Â
"Pria itu hanya bersikap friendly, dia tidak benar-benar datang hanya untukmu," Dewi sedikit bergumam. Mencoba untuk menjinakan hati kecilnya sekali lagi.
Dan saat pria itu sudah berada tepat di depannya. Dewi pun tak berkutik. Ia mematung penuh kewaspadaan sampai akhirnya pria itu mengulurkan tangan sambil menyapa.
"Hai, apa kabar?" ucapnya ramah dengan senyum sehangat pelukan. Membuat Dewi kesulitan bernafas setidaknya selama tiga detik. Ia mencoba untuk bertahan. Mencoba untuk bersikap senormal mungkin tapi semua percuma. Tembok itu sudah benar-benar runtuh sekarang. Ia menginginkan yang lebih besar dari sebelumnya.
***
tentang penulis: Bertempat tinggal di antara Karawang-Bekasi. Hobi bercerita tentang kehidupan orang lain yang tak pernah ia temui di kehidupan nyata. Lahir di sebuah kota di penghujung pulau Sumatra pada tahun dimana Shawsank Redemption pertamakali diputar di bioskop. Cucu petani kopi yang gemar menyeduh kopi robusta tanpa gula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H