Mohon tunggu...
Maya Andita
Maya Andita Mohon Tunggu... Penulis - freelance writer

Bertempat tinggal di antara Karawang-Bekasi. Lahir di sebuah kota di penghujung pulau Sumatra pada tahun dimana Shawsank Redemption pertamakali diputar di bioskop. Cucu petani kopi yang gemar menyeduh kopi robusta tanpa gula.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Tembok yang Selalu Goyah

21 September 2024   22:59 Diperbarui: 27 September 2024   13:12 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewi pun jengah. Ia lalu pergi dan memutuskan untuk membangun benteng yang lebih tinggi dari sebelumnya. Menjauh sejauh mungkin sampai tidak dapat lagi dapat dideteksi. Tapi tiga kata yang dikirim oleh Tio dua hari lalu membuat benteng itu menjadi goyah. "Aku akan datang." Tulis pria itu di halaman email milik Dewi.

Entah darimana pria itu menemukan alamat email itu. Entah darimana pula pria itu tahu bahwa ia akan datang ke Jakarta hari ini. Tapi yang jelas, tiga kata itu telah merusak segalanya. Membuat harapan itu kembali muncul hari ini.

Dengan denyut nadi yang tak terarah, gadis berambut bergelombang tersebut menunggu dengan harap-harap cemas. Bagaimana jika pria itu datang untuk menghancurkan hatinya lebih parah dari sebelumnya? Bagaimana jika selama ini hanya dia saja yang menunggu? Bisa jadi pria itu datang dengan gadis lain atau mungkin mereka malah sudah menikah?

Tidak ada pria dewasa yang tahan sendirian selama itu. Oh hati, tolong berhenti untuk berharap. Ucap Dewi dalam hati. Melafalkannya bagai mantra. Bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Pria itu semakin mendekat. Namun, sang gadis seolah tidak mampu menunggu lebih lama lagi untuk duduk nyaman di kursinya. Pikirannya makin kacau, kalut dan entah apa pula namanya yang pasti ia sedang benar-benar gelisah.

Pikirannya menerawang selama sepersekian detik ke lima atau enam tahun yang lalu. Saat pertamakali bertemu pria itu di perpustakaan kampus. Meski selalu terlihat ramai dan ceria, Tio merupakan orang sangat serius di dalam. Dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan tanpa sekalipun beranjak.

Pertemuan pertama sampai ketiga, terjadi di lorong penuh buku di salah-satu sudut perpustakaan yang sepi. Itu adalah cinta pada pandangan pertama. Dewi selalu memperhatikan judul-judul buku yang Tio baca. Kemudian langsung membacanya ketika pria itu sudah selesai.

Semua orang tahu apa yang dilakukan oleh Dewi. Terutama penjaga perpustakaan. Ia tak lagi heran jika ada gadis yang langsung mengantre untuk membaca buku yang sudah dibaca oleh Tio. Itu bukan lagi rahasia karena semua gadis kutu buku yang lainnya juga melakukan itu.

Di kampus, Tio adalah favorit semua orang. Ia bahkan menjadi favorit para petugas di kampus. Mulai dari satpam, penjaga taman sampai ibu kantin. Tidak ada orang yang tidak mengenal siapa itu Ananda Tio Putra Abdurahman.

Pada siaran sorenya di klub radio, Tio selalu menjadi penyiar idola. Ratting siarannya selalu tinggi dan banyak iklan yang masuk meski hanya radio kampus. Orang-orang selalu bertanya siapa gadis yang beruntung yang bisa bersanding dengannya? Dari sekian banyak tidak adakah yang spesial?

Jawabannya tentu saja ada. Tapi otak Dewi menolak untuk mengingat karena itu hanya dapat membuatnya cemburu. Mencumburui seseorang yang bukan milikmu adalah pekerjaan yang menyebalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun