Mohon tunggu...
Mawin Asif
Mawin Asif Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis apa yang terlintas, apa saja. Baik yang sepintas lewati nurani maupun membentuk lintasan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menghadirkan Kembali Semangat Kartini

30 Maret 2023   23:06 Diperbarui: 30 Maret 2023   23:09 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayoritas penduduk desa masih kental kerukunan antar masyarakat satu dengan yang lain. Masih banyak kaum wanita sekarang yang gengsi untu terjun ke masyarakat secara langsung. Perlu diketahui R.A Kartini dikenang bukan karena beliau kerap kali ikut demo, tetapi karena gagasan progresig yang dimiliki. 

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia mempunyai jenis kelebihan masing -- masing dalam berperan di masyarakat. Begitupun wanita juga ada yang suka mendalami pengetahuan lewat bacaan lalu menuangkan berupa tulisan, ada juga yang merealisasikan lewat aktivitas bersifat objektif. Apa kabar gerakan perempuan masa kini ? Apakah hasil pendidikanmu sudah diamalkan secara realita atau berupa gagasan dalam bentuk sastra ?


Pendidikan di Indonesia untuk mencerdaskan rakyat kurang merata. Perempuan sekarang yang berkesempatan mendapat pendidikan hanya berfungsi untuk kepantasan perekonomian yang dimiliki orang tua mereka. Lalu yang tidak berkesempatan mendapat pendidikan dituntut bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga disamping untuk menunggu jodohnya datang. 

Berimbas pada kehidupan kaum wanita sekarang yang kebanyakan tidak bisa menciptakan gagasan -- gagasan cemerlang seperti R.A Kartini ketika masih muda. Keseharian mereka tak lain untuk bersenang -- senang. Menurut mereka, belajar yang efektif dan efisien hanya ketika di kelas. 

Waktu belajar non formal seperti berorganisasi, seminar, diskudi, membaca buku dan menulis telah sirna. Didukung uang saku yang banyak dari orang tua mereka, semakin membebaskan generasi wanita meluangkan waktunya untuk memanjakan diri. Lantaran tak ada yang mengarahkan mereka untuk hidup dengan pikiran kreatif an inovatif. Di era millenial setiap generasi muda juga didorong untuk memiliki gadget. 

Interaksi sosial lewat pesan atau berita juga dapat mempengaruhi pola hidup dan kepribadian mereka. Bayangkan apabila yang mereka lihat atau ikuti setiap hari mengenai budaya barat bersifat konsumeris. Lantas, kapan akan tuntas hak -- hak emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh R.A Kartini ? Siapa yang akan meneruskan ?

Ruang lingkup yang seharusnya ada keseimbangan antar gender, akan semakin diambil alih oleh kaum lelaki. Jika kaum wanita masih belum sadar dan mengedepankan gengsi untuk berusaha merubah pandangan masyarakat Indonesia terhadap keberadaannya. Dampak negatif terkait hal tersebut, sudah mulai terlihat dalam hak pilih suara pemilihan umum untuk wanita. 

Faktornya mereka kurang tau kabar tentang politik dan memang sengaja diminimalisir oleh publik untuk kaum wanita. Ikut calon yang dipilih oleh kepala keluarga adalah solusi bagi anak perempuan yang baru saja mendapat hak pilih dan juga ibu yang terlanjur telat mengikuti perkembangan tentang kontroversi otonom. Sudah saatnya budaya ini dirubah, orang tua sebaiknya mendidik anaknya sejak dini. Melihat generasi sekarang terus dituruti apa yang diinginkan. 

Dengan cara membiasakan mereka membaca buku, mengurangi menonton TV yang sesungguhnya merupakan hal fatal terhdap pembentukan proses kedewasaan berfikir seorang anak. Mayoritas yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yaitu mengajak mereka ke tempat makan. 

Orang tua yang sukses adalah mempunyai anak berbadan gendut. Jarang ditemui orang tua yang membiasakan anaknya membaca dan mengembangkan kreatifitasnya. Problema dalam keluarga terhadap generasi muda adalah kurangnya memahami esensi peran mereka masing -- masing. Terjadi kesenjangan antar anggota keluarga yang nyaris tak tampak karena ditutupi oleh kesibukan mereka sendiri. 

Generasi muda dibiarkan sekolah jauh untuk dititipkan pada pihak yang tak mereka kenal, tanpa benar -- benar mengamati perkembangan mereka. Hanya lewat telpon orang tua mendengar keadaan anak yang belum tentu benar adanya. Harapan orang tua setelah seorang anak selesai menempuh pendidikan adalah dapat berperan ditengah kehidupan masyarakat. Dalam keadaan seperti ini tidak ada yang patut disalahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun