Mohon tunggu...
Mawin Asif
Mawin Asif Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis apa yang terlintas, apa saja. Baik yang sepintas lewati nurani maupun membentuk lintasan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menghadirkan Kembali Semangat Kartini

30 Maret 2023   23:06 Diperbarui: 30 Maret 2023   23:09 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak sekali perempuan telah menikmati hidup dengan berkeluarga mengurus anak dan menuruti perkataan suami. Menjadi ibu yang tak punya pengalaman menarik, kenangannya tak jauh dari budaya feodal ketika muda dahulu. Budaya itu sudah tertanam dalam masyarakat sekarang, perempuan yang baik adalah mereka yang bisa menambah penghasilan dalam keluarga. Membuka usaha untuk memperbaiki perekonomian suami yang secara ekonomi sudah mencukupi.

Keturunan yang dilahirkan, secara rasional akan dibentuk sesuai siklus hidup orang tua mereka. Jika orang tua mereka ketika muda hidup dengan horizontal, maka generasinya akan diberi pendidikan seperti itu. 

Menurut R.A Kartini, ibu dari sebuah keluarga dapat mendidik anaknya meningkatkan kualitas pendidikan yang diajarkan. Tuntutan seorang ibu dalam keluarga tidak semata -- mata memaksa anak meniru kehidupannya dahulu yang feodalistis. Pendidikan yang matang harus dimiliki oleh setiap ibu agar dapat mengatur generasi mudanya menjadi cerdas dan aktif. 

Apalagi masyarakat menitik-beratkan pandangan terhadap kaum wanita yang ikut campur dalam persoalan kewarganegaraan dianggap tidak wajar. Seperti halnya kepentingan berbau sosial politik biarkan diurus kaum lelaki saja. Kebanyakan wanita kurang paham mengenai pengetahuan politik dan hukum. 

Generasi wanita saat ini terpaku pada posisi mereka, produk sumber daya wanita yang berani mengambil langkah dalam ruang lingkup pemerintahan adalah mereka yang menggeluti pendidikan yang berhubungan dengan itu. 

Dalam artian mereka menguasai ilmu sesuai jurusan tanpa mencoba mendalami ilmu diluar jurusannya. Akar permasalahan ini terus berlangsung, diiringi kaum perempuan muda yang sering mendengar nasehat dari orang tua mereka supaya patuh terhadap apa yang disepakati oleh budaya masyarakat. 

Tidak sempat belajar tentang sejarah R.A Kartini muda yang bersemangat memperjuangkan kebebasan kaum wanita saat itu. Hanya sebatas mengerti, beliau adalah pahlawan yang membuat kaum wanita sekarang bisa berpendidikan bebas. 

Minimnya pengetahuan generasi muda terhadap perjuangan pahlawan mengentaskan budaya masyarakat Indonesia yang kurang benar, berhasil mengembalikan pandangan masyarakat seperti dahulu lagi. Perbedaannya hanya wanita sekarang dapat bersekolah.


"Integrasi budaya masyarakat mengenai kaum wanita tidak terbentuk sebagaimana yang dimaksud dalam arti emansipasi, itulah sebabnya sampai saat ini hak -- hak kaum wanita belum terpenuhi"


Dukungan masyarakat yang mengarahkan generasi muda perempuan untuk meneruskan perjuangan pahlawan, kurang ditemui dalam segi budaya. Komunikasi sosial juga jarang ditemui tentang emansipasi wanita di Indonesia. Pandangan masyarakat benar -- benar dialihkan pada permasalahan negara mengenai isu hangat tentang ekonomi dan politik. 

Berdampak pada penilaian masyarakat terhadap gerakan wanita sekarang, sesuai yang terealisasi dalam kehidupan sehari -- hari tanpa pertimbangan sosio-histori. Menyaingi kejadian tersebut, pengankatan isu kesetaraan gender harus lebih dimunculkan. Wujud pembuktian kepada masyarakat bahwa kaum wanita masih berambisi untuk meneruskan cita -- cita R.A Kartini tentang emansipasi wanita pribumi. 

Sulitnya membangkitkan pengaruh tersebut dikarenakan era millenial memperhalus pemahaman gender yang menmbuat generasi muda berkesimpulan, tidak ada yang perlu dibela lagi. Intimidasi dari masyarakat menyebabkan mereka semakin memperluas zona nyaman. Terjerumus ke dalam jurang globalisasi; meniru budaya barat dari gaya hidup sampai bahasa modern. 

Puncak perubahan dari masa ke masa terus tersusun secara sistematis, mental kemanjaan wanita untuk selalu ditimang sekamin tinggi antar generasi. Suatu permasalahan baru yang harus segera dikaji oleh gerakan wanita saat ini, supaya generasi muda selanjutnya kembali memperjelas hak -- hak kesetaraan gender yang hakiki serta dapat memperbaiki mentalitas yang kurang mandiri. 

Merencanakan formulasi untuk merombak sifat kaum wanita saat ini, tujuannya dapat memperbaiki pandangan sosial budaya masyarakat sekarang tentang keadilan untuk kaum wanita.

Lokus perubahan ditujukan pada universitas terlebih dahulu, khususnya mahasiswi. Mengadakan agenda audiensi bersama birokrasi kampus, menyatakan keadaan presentase wanita aktivis lebih sedikit daripada yang memilih untuk netral. 

Khusus kebijakan kampus yang sulit diajak kompromi, tentu harus lebih mandiri menghidupkan pengaruh kebangkitan emansipasi wanita. Bisa dengan cara bekerja sama dengan lembaga pers agar mengekspos informasi pada halaman utama. Pemanfaatan kedudukan didalam organisasi internal, guna pengajuan program kerja baru dalam salah satu divisi terkait sekolah gender. 

Wujud rumusan metode tersebut akan lebih tepat, apabila disesuaikan dengan kondisi sistem kebijakan tiap - tiap kampus. Kampus berorientasi Islam materinya Nahdlatun Nisa', sedangkan kampus lain diberi materi gender secara umum. Puncak refleksi memulihkan kebangkitan kaum wanita memang masih identik dengan peringatan hari Kartini. 

Kurang tampak topik yang mengangkat hak -- hak wanita dalam peringatan hari penting yang lain. Kaum wanita sekarang mementingkan kualitas diri secara biologis, mereka berlomba -- lomba dalam hal merias tubuh. 

Semakin marak produk penjual kosmetik untuk daya tarik generasi muda. Sebaiknya kecantikan fisik dalam diri wanita era millenial perlu diimbangi dengan pengetahuan tentang pendidikan. Kesadaran itu perlu dibiasakan, banyak wanita masih kurang dalam masalah intelektual.


"Wanita muda dalam proses pendidikan hanya berbincang -- bincang gaya hidup yang sedang trend, masa tua mereka hanya akan membahas tentang kejelekan orang lain dengan sesamanya"


Apabila terjun ke desa dalam rangka sosialisasi pemahaman sekolah gender, umumnya perempuan muda disana akan lebih memegang teguh prinsip budaya di daerah tersebut. Tetapi jangan berkecil hati, perempuan yang hidup di perdesaan. 

Berita terkini kebanyakan dari kalangan lapisan masyarakat bawah yang berani memprotes melalui demokrasi sebagian besar dari kalangan wanita. Sisi positif itu perlu adanya campur tangan kita sebagai gerakan perempuan marhaenis untuk berperan mengarahkan semangat mereka. 

Mayoritas penduduk desa masih kental kerukunan antar masyarakat satu dengan yang lain. Masih banyak kaum wanita sekarang yang gengsi untu terjun ke masyarakat secara langsung. Perlu diketahui R.A Kartini dikenang bukan karena beliau kerap kali ikut demo, tetapi karena gagasan progresig yang dimiliki. 

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia mempunyai jenis kelebihan masing -- masing dalam berperan di masyarakat. Begitupun wanita juga ada yang suka mendalami pengetahuan lewat bacaan lalu menuangkan berupa tulisan, ada juga yang merealisasikan lewat aktivitas bersifat objektif. Apa kabar gerakan perempuan masa kini ? Apakah hasil pendidikanmu sudah diamalkan secara realita atau berupa gagasan dalam bentuk sastra ?


Pendidikan di Indonesia untuk mencerdaskan rakyat kurang merata. Perempuan sekarang yang berkesempatan mendapat pendidikan hanya berfungsi untuk kepantasan perekonomian yang dimiliki orang tua mereka. Lalu yang tidak berkesempatan mendapat pendidikan dituntut bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga disamping untuk menunggu jodohnya datang. 

Berimbas pada kehidupan kaum wanita sekarang yang kebanyakan tidak bisa menciptakan gagasan -- gagasan cemerlang seperti R.A Kartini ketika masih muda. Keseharian mereka tak lain untuk bersenang -- senang. Menurut mereka, belajar yang efektif dan efisien hanya ketika di kelas. 

Waktu belajar non formal seperti berorganisasi, seminar, diskudi, membaca buku dan menulis telah sirna. Didukung uang saku yang banyak dari orang tua mereka, semakin membebaskan generasi wanita meluangkan waktunya untuk memanjakan diri. Lantaran tak ada yang mengarahkan mereka untuk hidup dengan pikiran kreatif an inovatif. Di era millenial setiap generasi muda juga didorong untuk memiliki gadget. 

Interaksi sosial lewat pesan atau berita juga dapat mempengaruhi pola hidup dan kepribadian mereka. Bayangkan apabila yang mereka lihat atau ikuti setiap hari mengenai budaya barat bersifat konsumeris. Lantas, kapan akan tuntas hak -- hak emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh R.A Kartini ? Siapa yang akan meneruskan ?

Ruang lingkup yang seharusnya ada keseimbangan antar gender, akan semakin diambil alih oleh kaum lelaki. Jika kaum wanita masih belum sadar dan mengedepankan gengsi untuk berusaha merubah pandangan masyarakat Indonesia terhadap keberadaannya. Dampak negatif terkait hal tersebut, sudah mulai terlihat dalam hak pilih suara pemilihan umum untuk wanita. 

Faktornya mereka kurang tau kabar tentang politik dan memang sengaja diminimalisir oleh publik untuk kaum wanita. Ikut calon yang dipilih oleh kepala keluarga adalah solusi bagi anak perempuan yang baru saja mendapat hak pilih dan juga ibu yang terlanjur telat mengikuti perkembangan tentang kontroversi otonom. Sudah saatnya budaya ini dirubah, orang tua sebaiknya mendidik anaknya sejak dini. Melihat generasi sekarang terus dituruti apa yang diinginkan. 

Dengan cara membiasakan mereka membaca buku, mengurangi menonton TV yang sesungguhnya merupakan hal fatal terhdap pembentukan proses kedewasaan berfikir seorang anak. Mayoritas yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yaitu mengajak mereka ke tempat makan. 

Orang tua yang sukses adalah mempunyai anak berbadan gendut. Jarang ditemui orang tua yang membiasakan anaknya membaca dan mengembangkan kreatifitasnya. Problema dalam keluarga terhadap generasi muda adalah kurangnya memahami esensi peran mereka masing -- masing. Terjadi kesenjangan antar anggota keluarga yang nyaris tak tampak karena ditutupi oleh kesibukan mereka sendiri. 

Generasi muda dibiarkan sekolah jauh untuk dititipkan pada pihak yang tak mereka kenal, tanpa benar -- benar mengamati perkembangan mereka. Hanya lewat telpon orang tua mendengar keadaan anak yang belum tentu benar adanya. Harapan orang tua setelah seorang anak selesai menempuh pendidikan adalah dapat berperan ditengah kehidupan masyarakat. Dalam keadaan seperti ini tidak ada yang patut disalahkan. 

Memang sudah merupakan bagian dari konsekuensi perkembangan pesat pengaruh globalisasi di era millenial. Tugas gerakan perempuan saat ini masih panjang, hak -- hak kesetaraan masih banyak didominasi olek kaum lelaki. Baik secara lapisan sosial atau kedudukan dalam ranah pembuat peraturan. Dilain sisi masyarakat juga harus menyadari, bahwa pandangan sosial budaya feodalis terhadap wanita perlu diubah. Ikut serta mendukung kaum wanita untuk meneruskan cita -- cita luhur R.A Kartini yang belum sepenuhnya terwujud ditengah kehidupan masyarakat Indonesia.


Ir. Soekarno sebagai presiden pertama negara Indonesia telah mengesahkan peringatan hari Kartini karena jasa -- jasa yang dilakukan beliau untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Hal ini dapat menjadi acuan sekaligus bahan refleksi bagi kaum wanita untuk tetap berani memperjuangkan kebebasan dalam budaya feodalis masyarakat yang membelenggu. 

Merubah perspektif masyarakat terhadap cara menilai kualitas kaum wanita. Sehingga dapat mengganti pandangan publik yang selama ini telah menilai wanita secara biologis atau kecantikan fisik. Sebab masih banyak perekrutan tenaga kerja perusahaan industri dan pegawai pemerintahan dari kalangan wanita yang diseleksi menurut keindahan fisik. Bahkan tidak melihat dari kecerdasan dan seberapa jauh pengetahuan tentang akademis.


"Kaum lelaki sekarang telah memberikan label kepada perempuan, bahwa mereka berpenampilan secantik -- cantiknya untuk alat pemuas nafsu lawan jenis. Sampai -- sampai salah satu syarat diterima kerja, perempuan harus memiliki kecantikan biologis"


Sebelum tergerus oleh masa, generasi muda perempuan yang merupakan calon ibu harus sadar dalam meningkatkan kesungguhan dalam menempuh pendidikan. Mempelajari arti murni emansipasi yang berlaku di masyarakat. Meminimalisir pola hidup yang kurang bermanfaat untuk masa depan. Ikut serta dalam organisasi juga solusi untuk mengarahkan aktivitas yang lebih positif dan menghindari pengaruh negatif dari waktu luang. 

Melatih mentalitas berpendapat dan kualitas dalam literasi. Sehingga dapat melahirkan sosok R.A Kartini baru untuk merubah pandangan sosial budaya masyarakat yang semakin menenggelamkan banyak aspek kepercayaan terhadap hak -- hak wanita untuk ikut dalam memajukan negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun