"Mas Furkon ga bisa lama, mas dan Aisyah dalam persiapan, dua bulan setelah wisuda kami akan menikah, di Jakarta."
"Kamu hadir ya dek.Â
"Ini surat undangan nya, Mas khusus buatkan untuk mu." mas tinggal ya dek", pamit mas furkon sambil mengusap kepalaku dan tersenyum.
Ku pandanagi kepergian mereka dibawa oleh kreta dan berlalu menjauh.Â
Prakkk!Â
Ada yang pecah berkeping di hati ini, perih sedih, terluka kecewa.Â
"Mas kalo kamu sudah punya calon, kenapa kamu tidak biang mas, jadi selama ini hanya sekadar teman ? Kamu tidak peka dengan sinyal yang aku rasakan ?Â
Di peron di mana aku bertemu pertama kali dengannya.Â
Ku biarkan air mata mengalir deras, dengan suara jeritan dalam hati, ku abaikan tatapan aneh orang sekitar stasiun. Aku pergi dengan gontai.Â
***
Tap! . Ku tempelkan kartu pada mesin pintu masuk stasiun.Â