“Terima kasih abah, Cece belum ingin terburu-buru,” jawabku sambil memandanginya dengan penuh kasih sayang. “Apa pun itu, Ceri tak hendak meninggalkan abah. Sampai kapan pun, abah tetap nomer satu buat Ceri.”
Dunia memang menakjubkan, tidakkah kaupikir seperti itu?
Dan aku pun berangan tentan rumah tangga yang suatu saat kubangun bersama mas Imam. Tinggal di suatu rumah mungil yang indah, dengan lokasi yang tidak berjauhan dengan rumah abah.
Bunga kopi pun bermekaran, menyambut penuh suka ria kepada kumbang-kumbang yang singgah.
(Tamat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H