Namun segalanya telah berubah dan yang menjadikan perubahan itu tak lain adalah manusia itu sendiri.Â
Setelah mempertahankan diri dan energi selama proses hibernasi, ular dan biawak serta sebagian hewan lainnya keluar untuk mencari mangsa. Yang menjadi sasaran bisa hewan peliharaan warga (ayam, kelinci, dan hewan ternak lainnya) atau bahkan warga itu sendiri yang menjadi target mangsa sang ular.Â
Pernah kan tersiar kabar ada ular besar (piton) bersarang di plafon rumah seorang warga. Sampai berukuran sangat besar dan pemiliknya baru tahu setelah sang ular berhasil mengambrolkan plafon karena bobotnya yang berat.Â
Ular berukuran besar juga tak jarang ditemukan bersarang di dalam gorong-gorong selokan pemukiman warga.Â
Beberapa waktu lalu, seorang tetangga kami juga berhasil menemukan seekor ular yang kedapatan keluar dari salah satu rumah kosong di kompleks perumahan kami.Â
Untungnya bukan dari jenis ular berbisa sehingga sang tetangga tadi dengan mudahnya menaklukkan sang ular dari jenis Sanca Kembang dengan panjang 1,2 meter itu.Â
Tak hanya ular, biawak juga tak jarang ditemukan bersarang di rumah-rumah kosong yang penuh dengan semak belukar dengan kondisi lembab akibat terpaan air hujan.Â
Ular dan biawak bisa saja dikategorikan sebagai hama karena ketika berkeliaran di pemukiman warga menjadi predator bagi hewan ternak atau hewan peliharaan lainnya. Juga mengancam keselamatan warga itu sendiri.Â
Bagaimana cara membasminya. Sebagian warga ada yang melakukan penangkapan secara beramai-ramai (Jawa = digropyok), sebagian lagi ada yang memang berani menangkap ular atau biawak itu sendirian sedangkan warga lainnya berjaga-jaga bila si penangkap tadi memerlukan bantuan.Â
Dan ada juga warga yang melumpuhkan ular atau biawak itu menggunakan senapan angin.Â