Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Apa Arti Peribahasa Jawa "Playune Rindhik Asu Digitik Mak Slet"

13 Juni 2021   21:42 Diperbarui: 13 Juni 2021   21:49 4715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seekor anjing (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Bahasa Jawa dan beraneka bahasa daerah di tanah air, sedikit atau banyak telah memberikan sumbangsih terhadap perbendaharaan kata bagi perkembangan Bahasa Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang. 

Di Pulau Jawa sendiri terdapat beberapa bahasa daerah yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Masyarakat asli daerah Banyuwangi (Jawa Timur) dalam berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan bahasa khas mereka yakni Bahasa Osing. 

Warga Probolinggo, Jember, Bondowoso dan Situbondo dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa yang sudah berasimilasi dengan Bahasa Madura sehingga terdengar khas. 

Bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat di Pulau Madura dan Bawean meski menggunakan Bahasa Madura, dengar-dengar masyarakat di kedua pulau itu menggunakan Bahasa Madura yang berbeda.  

Warga Surabaya (Jatim) dan beberapa daerah di sekitarnya menggunakan Bahasa Jawa khas Suroboyoan untuk berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat di sana. 

Di Provinsi Jawa Barat (Jabar) terdapat beberapa bahasa daerah seperti Bahasa Betawian biasanya digunakan oleh warga asli Jakarta. Bahasa Sunda digunakan oleh masyarakat asli tanah Pasundan (Bandung) dan sekitarnya. Warga asli Cirebon juga menggunakan bahasa daerah mereka yaitu bahasa Cirebonan. 

Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa daerah di Provinsi Jawa Tengah lainnya, tumbuh dan berkembang berbagai bahasa daerah mulai dari Bahasa Jawa (ngoko, kromo madya dan kromo inggil), Bahasa Banyumasan (Banyumas) dan Bahasa Cilacapan (Cilacap). 

Bahasa Banyumasan dan Cilacapan termasuk salah satu bahasa daerah yang unik. Terdengar lucu dan kocak bila diucapkan oleh warga asli daerah itu. 

Sebagai contoh : "gandul muntul nangka tok" (gandul = pepaya, muntul = ketela rambat, nangka tok = nangka saja). 

Contoh lain : "Ora dikapak-kapakna kok mletuk dewek" (ora = tidak, dikapak-kapakna = diapa-apakan, kok mletuk = kok meletus, dewek = sendiri). 

Contoh lain lagi : "Kepriben kiye, Pak Raden Ketiban Semen" (kepriben kiye = bagaimana ini, ketiban semen = tertimpa semen). 

Peribahasa dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa 

Yang namanya kalimat "peribahasa" tak jarang digunakan dalam pemakaian Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa sehari-hari, apakah itu secara lisan (percakapan) atau tulisan (bacaan). 

Peribahasa merupakan kalimat bermakna kias (kiasan) yang menggambarkan maksud tertentu, nasehat dan prinsip hidup. 

Berikut ini beberapa contoh peribahasa dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa yang menggunakan kata anjing atau asu dalam Bahasa Jawa. 

Seperti kita ketahui bersama, anjing merupakan hewan yang suka menyalak atau menggonggong dan hal itu secara psikis menimbulkan rasa takut tersendiri bagi orang-orang yang berada di dekatnya walaupun adapula anjing yang penurut dan jinak seperti jenis anjing pomenarian dan beraneka jenis anjing kesayangan (jinak) lainnya. 

Seperti karakter aslinya, hewan anjing dalam peribahasa memang cocok untuk menggambarkan sosok yang berwatak atau berperilaku kurang baik seperti temperamental, sombong, licik, serakah dan tidak berbudi pekerti. 

Berikut ini contoh peribahasa dalam Bahasa Indonesia yang menggunakan kata anjing

Anjing menggonggong, kafilah berlalu atau biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu yang kurang lebih artinya : biarkan orang lain mencemooh atau mempergunjingkan Anda. Jangan dihiraukan atau dimasukkan hati. Anggap saja itu suatu rintangan, tetaplah berusaha dan jangan berputus asa. 

Bagaikan anjing dengan kucing, yang kurang lebih artinya : orang yang selalu (sering) bertengkar bila berkumpul. 

Bagai anjing berebut tulang, yang artinya kurang lebih : orang (tamak) yang memperebutkan sesuatu yang kurang berarti (sepele/kecil). 

Anjing ditepuk menjungkit ekor, artinya : orang tak berbudi, bila terlalu dihormati malah bertambah sombong. 

Melepaskan anjing terjepit, sesudah lepas ia menggigit, artinya : menolong orang tak berbudi, kadangkala dibalas dengan kejahatan. 

Anjing menyalak tiada menggigit, kurang lebih artinya : orang yang besar kata-katanya (bermulut besar) tapi penakut. 

Bagai anjing menyalak di ekor gajah, kurang lebih artinya : orang kecil (rakyat jelata) melawan orang besar (pejabat) yang sedang berkuasa namun mustahil akan berhasil. 

Beberapa contoh peribahasa dalam Bahasa Jawa yang menggunakan kata asu

Playune rindhik asu digitik atau playune rindhik asu digitik mak slet, arti dalam Bahasa Indonesia : berlari cepat sekali seperti anjing yang kesakitan karena dipukul.  
Arti perkata, playune = berlarinya, rindhik = cara berjalan mengendap-endap, asu = anjing
digitik = dipukul, mak slet = cepat sekali. 

Asu rebutan balung, arti dalam Bahasa Indonesia : berebut sesuatu yang kurang berarti (sepele). Arti perkata, asu = anjing, rebutan = berebut, balung = tulang. 

Asu belang kalung wang, dalam Bahasa Indonesia artinya : orang yang berperilaku tidak baik tapi kaya raya. Arti perkata, asu = anjing, belang = berbulu belang, kalung = berkalung, wang = muka bagian pipi. 

Asu gedhe menang kerahe, dalam Bahasa Indonesia artinya : seseorang yang berpangkat akan selalu menang dalam suatu urusan atau permasalahan tertentu. Arti perkata, asu = anjing, gedhe = besar, menang = menang, kerahe = bertarungnya. 

Asu marani gebuk, dalam Bahasa Indonesia artinya : seseorang yang bertindak ceroboh dengan mendatangi tempat yang berbahaya. Arti perkata, asu = anjing, marani = mendatangi, gebuk = alat pukul (pemukul).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun