Sebagian dari kita mungkin menganggap seseorang yang tidak memiliki profesi (pekerjaan) yang jelas alias pengangguran (jobless) tampak begitu rendah.Â
Kita mungkin memandang sebelah mata terhadap orang yang nganggur tadi yang kesehariannya hanya berkutat dengan urusan rumah saja.Â
Coba kita perhatikan para Ibu Rumah Tangga (IRT) di tengah masyarakat kita, setiap hari mereka berkutat dengan urusan-urusan rumah tangga. Mulai dari merawat anak, memasak, membersihkan rumah dan berbagai pekerjaan rumah lainnya.Â
Hebatnya lagi, para IRT itu menjalankan rolenya dengan tulus ihlas, tidak menerima gaji. Masih mending seseorang yang memang berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga (ART). Meski disibukkan dengan berbagai pekerjaan (urusan) rumah tangga toh masih menerima gaji atau upah.Â
Bagaimana bila para IRT itu sakit atau ada urusan lain? Tentu saja urusan rumah tangga menjadi amburadul dan terbengkalai. Anak dan rumah bisa-bisa jadi tak terurus.Â
IRT memang tidak digaji tapi kontribusi (sumbangsih) nya bagi kehidupan berumah tangga besar sekali bahkan tak terkira. Tanpa IRT rumah tangga tidak berarti apa-apa.Â
Urusan (pekerjaan) rumah tangga seperti menyetrika pakaian, menyikat bak mandi dan WC diakui oleh sebagian IRT merupakan jenis pekerjaan rutin yang boleh dibilang tidak mengenakkan dan paling bikin males mengerjakannya tapi bagaimanapun mau tak mau harus tetap dijalankan. Bagi mereka kalau sudah melakukan jenis-jenis pekerjaan itu merasa sudah plong (lega).Â
Memasang penutup debu dan cahayaÂ
Pekerjaan rumah tangga yang satu ini biasanya dilakukan oleh para Bapak Rumah Tangga (BRT) jiahahaha. Jarang sih ada IRT yang mau dan berhasrat melakukannya kecuali "wonder woman" soalnya melibatkan unsur petualangan he..he..he.. . Bagaimana tidak, lha pakai adegan memanjat segala. Â
Mungkin saja ada sebagian dari kita yang bagian depan bangunan rumahnya masih terbuka lebar sehingga sangat memungkinkan debu (kotoran lain) dan cahaya matahari masuk dengan gampangnya.Â
Untuk itu tak ada salahnya dipasang fiber (plastik) penahan debu. Selain untuk mengurangi debu yang masuk ke dalam rumah, juga agar cahaya matahari yang masuk tidak terlalu menyilaukan pandangan.Â
Secara pribadi saya menyukai desain rumah sederhana yang seperti itu, yakni sirkulasi udara bagus sehingga nggak perlu air conditioner (AC) biar hemat listrik tapi cukup AB (angin brobos) saja he..he..he.. .Â
Kemudian cahaya matahari bisa masuk dan udara yang masuk tidak banyak mengandung debu.Â
Yang pertama dilakukan, memasang kerangka (frame) pada bagian rumah yang masih terbuka lebar tadi dengan pipa kotak atau dari kayu juga nggak masalah, dengan ukuran sesuai selera. Pipa kotak bisa terbuat dari bahan besi biasa atau galvalum.Â
Membuat kerangka dari besi kotak berbahan galvalum juga lebih bagus karena lebih tahan karat ketimbang besi biasa. Tebal tipisnya bahan besi kotak juga menentukan harga dan keawetan kerangka yang dibuat.Â
Ada juga sih seseorang yang membuat kerangka dari pipa air (pipa leding). Ini lebih awet lagi, sayangnya bujednya lebih mahal, bobot lebih berat dan pipa air berbentuk bundar sehingga kurang cocok untuk menempelkan fibernya.Â
Kemudian dibuat kerangka dengan mengelasnya menggunakan mesin las travo listrik atau direkatkan dengan paku rivet (Jawa = paku keling) dengan alat riveter.Â
Setelah terbentuk kerangka kemudian dicat agar menarik, awet dan tahan karat. Lalu dipasang di dinding (tembok) rumah. Bisa dibor di dinding rumah menggunakan mesin bor (drill impact) dengan mata bor khusus beton atau dipaku langsung dengan paku beton.Â
Setelah kerangka besi menempel pada dinding rumah, potonglah fiber sesuai ukuran kerangka. Motif fiber bebas sesuai selera. Di pasaran, harga fiber polos per meternya sekitar Rp. 35.000,- sedangkan yang bergambar Rp. 42.000,- per meternya.Â
Menempelkan fiber pada kerangka besi yang dipasang agak tinggi tentu memerlukan bantuan alat tangga lipat (aluminium). Untuk menempelkan lembaran fiber pada kerangka besi bisa menggunakan tali kawat atau tali cable ties. Kalau saya lebih memilih tali kawat galvalum tapi ukurannya agak besar supaya kuat dan awet.Â
Membuat rak tanaman hias dari kanal C galvalumÂ
Bagian atas (atap) bangunan rumah sesederhana apapun rancang-bangun (desain) nya dewasa ini lebih banyak menggunakan bahan dari baja ringan galvanis (galvalum) ketimbang dari kayu. Alasannya, bahan dari galvalum lebih tahan terhadap serangan rayap, tahan karat, ringan dan mudah dalam pemasangannya.Â
Atap rumah, untuk rusuk utama (Jawa = blandar) biasanya menggunakan kanal C dari baja ringan galvanis dengan ketebalan 0,75 sampai 1 milimeter.Â
Kadang, setelah pembuatan bagian atap rumah menggunakan kerangka baja galvanis masih kita temukan sisa-sisa potongan kanal C.Â
Diperlukan alat tambahan berupa blade mesin gerinda tangan. Atau gunting khusus untuk kanal C galvalum.Â
Rak tanaman hias didesain mirip trap tangga (loteng). Untuk merekatkan potongan kanal C satu dengan kanal C lainnya diperlukan sekrup (baut) khusus yang dimasukkan dengan bantuan kunci shock yang diputar dengan bantuan mesin bor listrik.Â
Rak tanaman hias didesain mirip trap tangga bertujuan agar tanaman terlihat menarik dan tertata rapi. Selain itu agar tanaman mendapatkan cahaya matahari secara merata.Â
Baja ringan kanal C dikenal sebagai bahan yang relatif tahan air (anti karat) meski demikian sebagian  orang ada yang menempatkan potongan asbes atau genteng di atas rak yang sudah jadi sebelum pot-pot tanaman hias ditempatkan di bagian atas rak bunga itu. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H