Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memasang Fiber untuk Menahan Debu dan Memanfaatkan Potongan Kanal C untuk Rak Tanaman Hias

11 Juni 2021   21:43 Diperbarui: 12 Juni 2021   11:18 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebih dekat dengan rak tanaman hias dari kanal C (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Sebagian dari kita mungkin menganggap seseorang yang tidak memiliki profesi (pekerjaan) yang jelas alias pengangguran (jobless) tampak begitu rendah. 

Kita mungkin memandang sebelah mata terhadap orang yang nganggur tadi yang kesehariannya hanya berkutat dengan urusan rumah saja. 

Coba kita perhatikan para Ibu Rumah Tangga (IRT) di tengah masyarakat kita, setiap hari mereka berkutat dengan urusan-urusan rumah tangga. Mulai dari merawat anak, memasak, membersihkan rumah dan berbagai pekerjaan rumah lainnya. 

Hebatnya lagi, para IRT itu menjalankan rolenya dengan tulus ihlas, tidak menerima gaji. Masih mending seseorang yang memang berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga (ART). Meski disibukkan dengan berbagai pekerjaan (urusan) rumah tangga toh masih menerima gaji atau upah. 

Bagaimana bila para IRT itu sakit atau ada urusan lain? Tentu saja urusan rumah tangga menjadi amburadul dan terbengkalai. Anak dan rumah bisa-bisa jadi tak terurus. 

IRT memang tidak digaji tapi kontribusi (sumbangsih) nya bagi kehidupan berumah tangga besar sekali bahkan tak terkira. Tanpa IRT rumah tangga tidak berarti apa-apa. 

Urusan (pekerjaan) rumah tangga seperti menyetrika pakaian, menyikat bak mandi dan WC diakui oleh sebagian IRT merupakan jenis pekerjaan rutin yang boleh dibilang tidak mengenakkan dan paling bikin males mengerjakannya tapi bagaimanapun mau tak mau harus tetap dijalankan. Bagi mereka kalau sudah melakukan jenis-jenis pekerjaan itu merasa sudah plong (lega). 

Memasang penutup debu dan cahaya 

Pekerjaan rumah tangga yang satu ini biasanya dilakukan oleh para Bapak Rumah Tangga (BRT) jiahahaha. Jarang sih ada IRT yang mau dan berhasrat melakukannya kecuali "wonder woman" soalnya melibatkan unsur petualangan he..he..he.. . Bagaimana tidak, lha pakai adegan memanjat segala.  

Mungkin saja ada sebagian dari kita yang bagian depan bangunan rumahnya masih terbuka lebar sehingga sangat memungkinkan debu (kotoran lain) dan cahaya matahari masuk dengan gampangnya. 

Untuk itu tak ada salahnya dipasang fiber (plastik) penahan debu. Selain untuk mengurangi debu yang masuk ke dalam rumah, juga agar cahaya matahari yang masuk tidak terlalu menyilaukan pandangan. 

Secara pribadi saya menyukai desain rumah sederhana yang seperti itu, yakni sirkulasi udara bagus sehingga nggak perlu air conditioner (AC) biar hemat listrik tapi cukup AB (angin brobos) saja he..he..he.. . 

Kemudian cahaya matahari bisa masuk dan udara yang masuk tidak banyak mengandung debu. 

Yang pertama dilakukan, memasang kerangka (frame) pada bagian rumah yang masih terbuka lebar tadi dengan pipa kotak atau dari kayu juga nggak masalah, dengan ukuran sesuai selera. Pipa kotak bisa terbuat dari bahan besi biasa atau galvalum. 

Sebagian alat yang diperlukan (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Sebagian alat yang diperlukan (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Kalau saya lebih memilih membuat kerangka dari pipa kotak besi biasa. Selisih harga dengan kayu mungkin tidak seberapa. Pipa dipotong-potong dengan menggunakan blade mesin gerinda tangan. Atau kalau mau agak capek dan mengeluarkan tenaga ekstra ya bisa memotongnya menggunakan gergaji besi secara manual. 

Membuat kerangka dari besi kotak berbahan galvalum juga lebih bagus karena lebih tahan karat ketimbang besi biasa. Tebal tipisnya bahan besi kotak juga menentukan harga dan keawetan kerangka yang dibuat. 

Ada juga sih seseorang yang membuat kerangka dari pipa air (pipa leding). Ini lebih awet lagi, sayangnya bujednya lebih mahal, bobot lebih berat dan pipa air berbentuk bundar sehingga kurang cocok untuk menempelkan fibernya. 

Kemudian dibuat kerangka dengan mengelasnya menggunakan mesin las travo listrik atau direkatkan dengan paku rivet (Jawa = paku keling) dengan alat riveter. 

Setelah terbentuk kerangka kemudian dicat agar menarik, awet dan tahan karat. Lalu dipasang di dinding (tembok) rumah. Bisa dibor di dinding rumah menggunakan mesin bor (drill impact) dengan mata bor khusus beton atau dipaku langsung dengan paku beton. 

Dokumentasi Mawan Sidarta
Dokumentasi Mawan Sidarta
Cara yang tepat biasanya kerangka besi yang sudah jadi dibor dan ditempelkan dengan dinabolt. Karena pemakuan secara langsung dengan paku beton akan kesulitan apalagi bila dinding rumahnya terbuat dari beton berkualitas. 

Setelah kerangka besi menempel pada dinding rumah, potonglah fiber sesuai ukuran kerangka. Motif fiber bebas sesuai selera. Di pasaran, harga fiber polos per meternya sekitar Rp. 35.000,- sedangkan yang bergambar Rp. 42.000,- per meternya. 

Menempelkan fiber pada kerangka besi yang dipasang agak tinggi tentu memerlukan bantuan alat tangga lipat (aluminium). Untuk menempelkan lembaran fiber pada kerangka besi bisa menggunakan tali kawat atau tali cable ties. Kalau saya lebih memilih tali kawat galvalum tapi ukurannya agak besar supaya kuat dan awet. 

Membuat rak tanaman hias dari kanal C galvalum 

Bagian atas (atap) bangunan rumah sesederhana apapun rancang-bangun (desain) nya dewasa ini lebih banyak menggunakan bahan dari baja ringan galvanis (galvalum) ketimbang dari kayu. Alasannya, bahan dari galvalum lebih tahan terhadap serangan rayap, tahan karat, ringan dan mudah dalam pemasangannya. 

Rak tanaman hias dari kanal C baja ringan galvanis (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Rak tanaman hias dari kanal C baja ringan galvanis (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Dengan harga yang sedikit lebih mahal tapi awet. Sementara bahan dari kayu selain berat juga mudah lapuk dan rentan terhadap serangan rayap. 

Atap rumah, untuk rusuk utama (Jawa = blandar) biasanya menggunakan kanal C dari baja ringan galvanis dengan ketebalan 0,75 sampai 1 milimeter. 

Kadang, setelah pembuatan bagian atap rumah menggunakan kerangka baja galvanis masih kita temukan sisa-sisa potongan kanal C. 

Lebih dekat dengan rak tanaman hias dari kanal C (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Lebih dekat dengan rak tanaman hias dari kanal C (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Nah sisa-sisa kanal C inilah yang bisa kita manfaatkan untuk berbagai perabot rumah tangga, salah satunya berupa rak tanaman hias. 

Diperlukan alat tambahan berupa blade mesin gerinda tangan. Atau gunting khusus untuk kanal C galvalum. 

Rak tanaman hias didesain mirip trap tangga (loteng). Untuk merekatkan potongan kanal C satu dengan kanal C lainnya diperlukan sekrup (baut) khusus yang dimasukkan dengan bantuan kunci shock yang diputar dengan bantuan mesin bor listrik. 

Rak tanaman hias didesain mirip trap tangga bertujuan agar tanaman terlihat menarik dan tertata rapi. Selain itu agar tanaman mendapatkan cahaya matahari secara merata. 

Baja ringan kanal C dikenal sebagai bahan yang relatif tahan air (anti karat) meski demikian sebagian  orang ada yang menempatkan potongan asbes atau genteng di atas rak yang sudah jadi sebelum pot-pot tanaman hias ditempatkan di bagian atas rak bunga itu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun