Lain halnya dengan bermain layang-layang. Meski ada risiko namun tak seberbahaya bermain balon udara berukuran sangat besar, apalagi bila disertai rangkaian mercon di bagian bawahnya.Â
Layang-layang aduanÂ
Bermain layang-layang menghadirkan sensasi tersendiri. Seseorang, apakah itu anak-anak atau orang dewasa, berniat menerbangkan layang-layang tentu bukan hanya karena senang (bangga) dengan model layang-layang itu melainkan juga menjadi kepuasan tersendiri bila memenangkan perlombaan (aduan).Â
Perlombaan bisa berupa kontes adu kreativitas model. Atau layang-layang yang sengaja diadu bukan karena modelnya yang unik, tapi karena kekuatan benang dan strategi mengadu layang-layang itu.Â
Dalam hal ini model layang-layang tidak perlu terlalu bagus, layang-layang biasa saja yang penting benangnya kuat (ulet) dan tidak mudah patah.Â
Benang dipilih yang berukuran (berdiameter) besar. Lalu dilem (digelas) menggunakan bubuk pecahan guci. Saat mengadu harus ekstra hati-hati.Â
Sebaiknya menggunakan sarung tangan dari bahan kulit tebal agar tangan tidak tergores benang gerakan yang pada akhirnya menyebabkan luka.Â
Sejarah layang-layangÂ
Sejak tiga ribu tahun yang lalu layang-layang pertama kali dipopulerkan di China. Pada masa itu bahan untuk membuat layang-layang berasal dari kain sutra dan bambu sebagai kerangkanya.Â
Ada jenis layang-layang yang dapat diterbangkan dengan kondisi angin tidak terlalu kencang alias sepoi-sepoi. Namun sebagian layang-layang lainnya membutuhkan hembusan angin yang cukup kencang dan stabil. Selain itu ada juga jenis layang-layang tradisional, untuk olahraga dan kreativitas.Â