Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Susah Bangun Sahur, Coba Perciki Air dan Jejali Garam

1 Mei 2021   17:46 Diperbarui: 1 Mei 2021   17:49 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pengganti klotekan dan speaker masjid. Sayangnya hanya bisa dilakukan pada masing-masing rumah (keluarga) saja. 

Menguji keimanan kita 

"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". Masing-masing daerah memiliki tradisi (kebiasaan) yang berbeda-beda untuk membangunkan orang sahur. 

Tradisi membangunkan orang untuk makan sahur sepanjang tidak melanggar hukum dan norma (nilai-nilai moral keagamaan) yang berkembang di masyarakat kiranya patut dijaga kelestariannya. 

Bila tradisi tadi meredup atau bahkan terkikis dari peradaban masyarakat setempat akibat penerapan kebiasaan baru (new normal) ya nggak masalah karena hasrat untuk bangun sahur itu lebih ke soal niat (innamal a'malu binniyat) dan bukan karena klotekan atau speaker masjid. 

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang yang beriman, kita bisa istiqamah bangun untuk sahur meski tanpa tradisi (klotekan dan sebagainya) dan paginya mampu menunaikan ibadah puasa seterusnya hingga puasa kita paripurna sebulan penuh. Aamiin YRA.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun