Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Susah Bangun Sahur, Coba Perciki Air dan Jejali Garam

1 Mei 2021   17:46 Diperbarui: 1 Mei 2021   17:49 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika dibangunkan masih molor (sebuah ilustrasi, Bobo-grid.id)

Makan sahur sebenarnya fungsinya sama dengan makan pada saat berbuka puasa yaitu menambah asupan nutrisi (gizi dan energi) agar tubuh lebih kuat saat menjalankan ibadah puasa pada keesokan harinya, mulai dari terbit fajar (imsak) sampai matahari terbenam (maghrib). 

Kadang seorang muslim merasa berat (malas) untuk makan sahur karena harus bangun di tengah malam atau sepertiga malam terakhir, akhirnya dipilih untuk terus tidur. Padahal makan sahur tidak sekadar menambah asupan nutrisi dan energi melainkan di dalamnya juga mengandung banyak keberkahan. 

Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW bahwa setiap muslim yang niat berpuasa hendaknya membangunkan dirinya untuk makan sahur meski hanya minum seteguk air karena Allah dan para malaikat bersholawat untuk orang-orang yang sahur. 

Bangun di tengah malam atau sepertiga malam yang terakhir merupakan waktu yang mustajabah untuk mendirikan sholat malam, berdzikir, beristighfar, membaca Al-Quran dan berbagai amalan bermanfaat lainnya. 

Tradisi membangunkan orang untuk sahur 

Sebagian daerah di Indonesia, khususnya di Gresik (Jatim), dimana kami tinggal, sudah menjadi kebiasaan atau tradisi masyarakat di sini untuk membantu membangunkan orang sahur dengan "klotekan" yakni membunyikan beragam alat-alat seadanya namun kompak sehingga enak didengar. 

Alat-alat yang digunakan untuk klotekan antara lain : potongan bambu, galon kosong, besi, kaleng, cerigen, ketipung dari potongan pipa paralon berdiameter besar (kira-kira 5 inch) dan peralatan lainnya. 

Klotekan kadang hanya menggunakan potongan bambu, ukulele, gitar dan ketipung. Sebagian masyarakat menyebut klotekan keliling kampung (desa) dengan istilah patrol. 

Selain dengan klotekan, tradisi membangunkan orang sahur dilakukan dengan bantuan alat loudspeaker (pengeras suara). 

Seorang announcer masjid atau mushola memberikan pengumuman kepada warga melalui speaker tadi waktu sahur dan imsak.  

Cara membangunkan orang sahur dengan klotekan (patrol) dan pengeras suara masjid memang sudah dianggap tradisi. Tapi sebagian orang kadang merasa tidak cocok dengan cara ini karena baik klotekan maupun pengumuman lewat speaker masjid menimbulkan suara berisik dan hanya mengganggu warga yang sedang beristirahat. 

Tradisi klotekan di tengah pandemi 

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tak pelak mengakibatkan segalanya berubah termasuk tradisi klotekan. 

Di kompleks perumahan kami klotekan sudah jarang. Bahkan dua kali Ramadan nyaris tak terdengar. 

Mungkin dilarang oleh pemerintah desa karena alasan protokol kesehatan, tidak boleh berkerumun di tengah merebaknya pandemi. 

Tapi pengumuman lewat speaker masih sesekali dilakukan, itupun tidak semua masjid atau mushola melakukannya. 

Membangunkan orang sahur dengan percikan air dan dijejali garam 

Klotekan dan announcement lewat masjid/mushola sudah jarang atau bahkan tidak ada. Lalu bagaimana cara membantu membangunkan orang untuk sahur. 

Sekarang, ketika smartphone (HP) sudah menjadi kebutuhan utama. Orang lalu memasang alarm pada HP dengan irama (tone) yang dipilih sesuai selera serta disetting pada jam tertentu agar bisa berbunyi dan membangunkan orang tersebut. 

Dulu, waktu saya masih kecil kalau saat sahur masih molor dan susah dibangunkan, biasanya nih kakak memercikkan air ke muka saya. 

Masih belum mau bangun juga, lalu kakak menjejalkan sedikit garam ke mulut saya yang sedang ngorok itu he..he..he..akhirnya bangunlah saya. 

Cara sederhana nan gampang ini bisa dijadikan tradisi baru yang ramah lingkungan. 

Sebagai pengganti klotekan dan speaker masjid. Sayangnya hanya bisa dilakukan pada masing-masing rumah (keluarga) saja. 

Menguji keimanan kita 

"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". Masing-masing daerah memiliki tradisi (kebiasaan) yang berbeda-beda untuk membangunkan orang sahur. 

Tradisi membangunkan orang untuk makan sahur sepanjang tidak melanggar hukum dan norma (nilai-nilai moral keagamaan) yang berkembang di masyarakat kiranya patut dijaga kelestariannya. 

Bila tradisi tadi meredup atau bahkan terkikis dari peradaban masyarakat setempat akibat penerapan kebiasaan baru (new normal) ya nggak masalah karena hasrat untuk bangun sahur itu lebih ke soal niat (innamal a'malu binniyat) dan bukan karena klotekan atau speaker masjid. 

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang yang beriman, kita bisa istiqamah bangun untuk sahur meski tanpa tradisi (klotekan dan sebagainya) dan paginya mampu menunaikan ibadah puasa seterusnya hingga puasa kita paripurna sebulan penuh. Aamiin YRA.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun